Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Deassy Destiani

Kegaliban Memberi Bingkisan, Fenomena Saat Pandemi Yang Patut Dipertahankan

Lomba | Friday, 17 Sep 2021, 21:51 WIB
Gbr 1 : Kiriman Puding Cantik Saat Isoman

Dibalik rasa takut terpapar covid 19 yang beritanya sungguh menyeramkan, ada sebuah peristiwa menyenangkan saat aku dinyatakan positif berdasar hasil PCR. Peristiwa itu adalah berdatangannya bingkisan berupa makanan dan obat-obatan ke rumah setiap hari. Sejak melaporkan ke RT/RW bahwa kami sekeluarga (4 orang) positif covid, tak kurang dari 5 jam kemudian bingkisan itu mulai berdatangan.

Sebetulnya kami tak menyangka bahwa respon lingkungan sekitar begitu cepat. Syukurnya bukan respon negatif, tapi respon positif. Bu RT mengatakan via chat WA bahwa mulai besok pagi makanan akan segera dikirimkan ke rumah untuk 4 orang. Jadi kami tak perlu susah masak dan membeli sayuran. Bahkan makanan itu akan datang sehari 3 kali. Jadi pagi, siang dan malam. Namun karena tak ingin merepotkan aku hanya memilih dua kali saja yaitu pagi dan siang. Untuk makan malam, sepertinya kami bisa pesan via online atau memasak sendiri dengan bahan seadanya di rumah.

Esok paginya, ternyata bukan hanya bantuan makanan dari bu RT saja yang datang, namun para tetangga juga “menggantungkan” berbagai bingkisan di pagar sebagai bentuk perhatian bagi warga yang isoman. Isinya ada telur, roti, susu, obat-obatan dan vitamin. Bahkan ada seorang teman yang mengirimkan bubur kacang hijau via Gofood sehingga sarapan pertama saat terkena covid begitu beragam.

Gbr 2 : Kiriman Kacang Hijau

Kiriman bingkisan ini nyaris tak pernah berhenti. Selama 14 hari isoman, urusan perut benar-benar dimanjakan oleh perhatian para sahabat, tetangga dan saudara. Bahkan beberapa teman yang tinggal di Klaten, Depok dan Jakarta, mengirimkan makanan siap santap via Go Food.

Gbr 3 : Kiriman Dari Jakarta Via Go Food

Hal itu sempat membuat takjub tak percaya, masa sih orang dari luar kota bisa pesan makanan via Go Food yang ada di Yogyakarta. Biasanya kan order itu harus satu kota yang sama dengan pemesan. Ternyata sekarang makin canggih saja. Siapapun bisa order meski berbeda kota dengan orang yang akan dikirim makanan.

Ternyata sekeluarga positif covid 19 bukan berkurang rejekinya malah bertambah. Kami bahkan sampai gak beli beras dua bulan karena dikirim dari tetangga dan saudara. Telur dan susu memenuhi lemari penyimpanan. Biasanya lemari penyimpanan makanan itu diisi secukupnya saja untuk kebutuhan sebulan, saat covid kemarin hingga gak muat lemarinya.

Kiriman aneka bingkisan dari teman, saudara, kerabat, sahabat dan tetangga itu menjadi tambahan imun tersendiri saat kena covid. Sepanci sayur Brongkos disertai ucapan, “Semangat yah ini sayur brongkos buatan sendiri semoga bisa menemani Bunda sarapan.” Rasanya nafsu makan yang hilang perlahan jadi lahap karena bentuk perhatian dari sahabat.

Gambar 4 : Kiriman Sayur Brongkos

Sebetulnya Rasulullah SAW sejak dahulu kala sudah mengajak umatnya untuk saling memberi hadiah atau bingkisan. Beliau bersabda, “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai.” (HR. Bukhari). Bahkan istri Rasulullah yaitu Aisyah bercerita, “Rasulullah SAW biasa menerima hadiah dan biasa pula membalasnya.” (HR. Bukhari).

Secara piskologis orang yang diberi bingkisan pasti merasa bahagia. Secara sosiologis memberikan hadiah bisa memperat ukhuwah dan memperpanjang silaturahmi meski saat pandemi tak boleh kemana-mana. Secara normatif memberi hadiah sejatinya adalah berbuat kebaikan pada sesama. Sedangkan berbagi kebaikan untuk sesama adalah perintah dari Allah SWT.

Apa bedanya hadiah dengan bingkisan? Kalau hadiah biasanya harus ada perayaannya. Misalnya karena ulang tahun, pernikahan, naik jabatan, dan sejenisnya. Namun kalau bingkisan tak perlu ada sesuatu yang dirayakan.

Bagi yang memberi hadiah atau bingkisan pasti rasa bahagianya juga menular. Bisa menyenangkan orang lain saat dia sedang tak boleh kemana-mana akan membuat pengirim bingkisan diingat terus oleh penerimanya.

Kegaliban saling berkirim bingkisan ini semakin banyak sejak wabah covid 19. Dulu mengirim bingkisan itu biasanya hanya saat lebaran atau perayaan keagamaan saja. Sekarang ketika silaturahmi hanya bisa dilakukan virtual maka berkirim perhatian melalui makanan, obat-obatan, vitamin dan kebutuhan sehari-hari menjadi bagian dari kehidupan era pandemi.

Bingkisan sebetulnya tak perlu yang mewah atau mahal. Bukan materinya yang dinilai tapi makna dari pemberian itu sendiri. Rasulullah SAW juga mengingatkan agar kita tidak meremehkan tentang pemberian seseorang , ''Wahai para wanita kaum Muslimin, janganlah ada seorang tetangga meremehkan pemberian tetangganya yang lain sekalipun ia (pemberian tersebut) berupa ujung kuku unta.'' (HR Al-Bukhari).

Padahal, apalah artinya kuku yang mungkin tak ada dagingnya lagi. Namun yang harus diingat, ketika seseorang memberikan bingkisan saat kita isoman itu artinya dia berharap kesembuhan dan semangat untuk orang yang diberinya.

Bingkisan bisa diterjemahkan bahwa kita masih berarti buatnya dan ingin agar kita sehat kembali. Inilah yang membuat kita seharusnya bersyukur. Bahwa saat Allah memberikan ujian berupa sakit covid sehingga tak boleh kemana-mana, Allah berikan ganti rejekinya dengan mengirimkan makanan dan obat-obatan tanpa harus membelinya.

Gambar 5 : Kiriman Dari Satgas Covid

Andai covid 19 telah sirna dari muka bumi ini, adakah kegaliban baru dalam berbagi bingkisan dan makanan ini tetap terjadi ? Tak perlu menunggu orang yang kita cintai sakit atau kena covid dulu untuk menghadiahkan makanan kesukaan.

Jika Anda masih punya orang tua yang tinggal berjauhan, sahabat yang beda kota, guru saat TK, SD, SMP, SMA, atau seseorang yang ingin Anda berikan perhatian namun bingung mau dikasih apa. Maka jawabannya adalah dengan segenap cinta pesanlah sebuah bingkisan dan kirimkan kepadanya.

Ingatlah, saat seseorang memberikan bingkisan atau hadiah, bisa jadi Allah SWT sedang membalas kebaikan Anda sebelumnya. Terkadang hadiah itu datang dari orang yang tak pernah Anda sangka. Jadi meski pandemi usai, tetaplah semangat memberi kepada sesama. Sebab bisa jadi pemberianmu itu adalah satu-satunya hal yang bisa membuatnya tersenyum bahagia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image