Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tiara Sabila Rachmani

Tasbih dalam Berbagai Agama

Agama | Monday, 17 May 2021, 16:07 WIB
Gambaran bentuk tasbih. Tasbih sendiri terdiri dari beberapa butir biji yang berbagai macam jumlahnya. (Dokumentasi pribadi)

Tasbih merupakan alat untuk berdoa atau berzikir kepada Tuhan. Bisa dibilang tasbih juga sebagai alat hitung dalam berdzikir dengan jumlah tertentu dalam setiap jumlah butir tasbihnya. Adanya tasbih membuat ibadah menjadi lebih khusyu serta mudah dihitung dalam setiap dzikirnya. Bahan untuk membuat tasbih sendiri terbuat dari kayu dan jumlah butir bijinya bermacam-macam.

Menurut dosen Antropologi Universitas Padjadjaran, Rusyanti, bahwa tasbih sebagai tanda kesucian atau disebut aksamala dalam agama Hindu dan Buddha. Secara regalia atau tanda-tanda kebesaran, bahwa tasbih berguna untuk membantu pemusatan pikiran atau khusyu kepada Tuhan.

Sebatas yang saya tau itu semacam regalia, untuk membantu pemusatan pikiran. dan konsentrasi di Hindu Buddha disebut aksamala Kata Rusyanti.

Tidak hanya agama Islam yang memiliki tasbih, namun dalam agama seperti Hindu dan Buddha memiliki semacam tasbih. Berikut beberapa penjelasan tentang tasbih dalam berbagai agama.

Juzu

Pada agama Buddha, nama lain dari tasbih merupakan juzu. Nichierin Shu Juzu atau Juzu memiliki 108 butir tasbih dalam setiap satu tasbih dan terdapat lima jumbai. Sebenarnya tidak hanya 108 butir saja, ada juga dengan jumlah butir lainnya. Juzu sendiri menggambarkan seseorang. Maksudnya adalah bahwa jumbai mewakili kepala, lengan, serta kaki. Arti dari 108 butir juzu tersebut adalah bahwa seseorang terdiri atas seratus delapan keinginan.

Penggunaan juzu sendiri memiliki beberapa cara. Pertama adalah dalam memegang juzu sendiri menggunakan tangan kiri dalam satu lingkaran ganda juzu tersebut. Hal tersebut digunakan jika sedang latihan meditasi atau sedang mendengarkan khotbah.

Kedua adalah memegang juzu diantara ibu jari dan jari lainnya di tangan kiri dan meletakkan tangan pada posisi Gassho atau posisi kedua tangan di depan dada saat berdoa. Hal tersebut dilakukan jika sedang memegang buku Sutra selama ibadah.

Ketiga adalah memelintir juzu sesekali dan menggunakan tasbih besar dengan tiga jumbai pada jari pertama yang merupakan jari tengah. Melakukannya sambil dengan posisi Gassho, dan hal tersebut dilakukan jika melantunkan Odaimoku.

Metode dalam penggunaan juzu tersebut menunjukkan bahwa hamba-Nya dapat terhubung dengan alam Saha yang diwakili tangan kiri, serta alam Buddha yang diwakili oleh tangan kanan. Kedua tangan tersebut dapat menghubungkan bersama-sama kepada Tuhan.

Japamala

Pada agama Hindu, nama lain dari tasbih adalah japamala. Sama seperti juzu, japamala memiliki 108 butir tasbih. Japamala berasal dari kata Sansekerta, yaitu Japa dan Mala. Japa artinya pembacaan mantra suci secara berulang, sedangkan Mala adalah butir-butir yang dikait dengan benang kapas.

Cara menggunakan japamala adalah jari tengah, jari manis, serta jari kelingking diletakkan seperti membentuk lingkaran di tangan kanan. Jari telunjuk tegak lurus serta ibu jari mendorong bijinya satu persatu sambil membaca satu bait mantram. Posisi yang lebih baik jika sedang melakukan doa dengan japamala adalah sembari duduk dengan Padmasana, Silasana, atau Vajrasana. Posisi punggung dan leher harus tegak, serta mata melihat pada ujung hidung.

Tasbih

Dalam agama Islam, alat untuk berdzikir disebutnya tasbih. Dalam bahasa Arab, tasbih disebut dengan kata As-Subhah atau Al-Mishbah. As-Subhah sendiri berasal dari kata Subhanallah yang artinya takjub akan keindahan atau kebaikan. Al-Mishbah sendiri artinya sebagai lampu bagi makna kehidupan. Biji tasbih terdiri dari 33 biji hingga ada yang 99 biji.

Pada zaman Rasulullah SAW bahwa para sahabatnya terbiasa menggunakan biji-bijian atau kerikil dalam mempermudah menghitung dzikir yang dibaca. Awal kisah tersebut pada tahun 300 Hijriah ketika ada seorang perempuan yang memegang biji-bijian atau kerikil dalam melakukan dzikir. Hal tersebut bukanlah merupakan gal bidah dhalalah atau hal menyesatkan. Rasulullah justru setuju apa yang dilakukan sahabatnya tersebut.

Penggunaan tasbih sama saja posisinya seperti ajaran memegang japamala, yaitu jari telunjuk tegak lurus serta ibu jari mendorong biji tasbih satu persatu sambil membaca dzikirnya. Dalam berdzikirnya terdiri dari 33 kali, di antaranya Subhanallah sebanyak 33 kali, Alhamdulillah sebanyak 33 kali, Allahu Akbar sebanyak 33 kali, serta La Ilaha Illalah sebanyak 100 kali.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image