Senin 25 Jan 2021 10:20 WIB

Tren Bisnis Handsfree di Era Covid-19

New normal menjadi sangat penting terkait dengan pandemi covid-19 ini.

Warga negara asing melintas di dekat mural bergambar perempuan menggunakan masker di Badung, Bali, Minggu (24/1/2021). Jumlah kasus positif COVID-19 di Bali meningkat saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Warga negara asing melintas di dekat mural bergambar perempuan menggunakan masker di Badung, Bali, Minggu (24/1/2021). Jumlah kasus positif COVID-19 di Bali meningkat saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

RETIZEN --- Oleh Naniek AfrillaAssociate Professor di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa-Banten

 

Fenomena Covid-19

Dunia sudah tidak sama lagi. Covid-19 meninggalkan jejak secara permanen dan mengubah keseluruhan bidang kehidupan. Betapa manusia rapuh dan berusaha bertahan dari kepunahan masal.

Sebagian, berusaha mencari obat penangkal, sebagian lagi masih belum percaya benarkah Covid-19 itu ada. Kita sudah memasuki portal yang entah apa namanya. Pintu gerbang yang aneh.

Kita seperti masuk di dunia baru yang menakutkan. Kalau dahulu, orang hidup di Zaman Abad Pertengahan kemudian masuk di portal Era Industri yang menurut mereka aneh dan penuh kegilaan akan uang, kebengisan dan kejahatan kaum elit berkerah memeras kaum buruh tanpa belas.

Kemudian manusia masuk ke portal Era Digital dan kita terperangah akan kehadirannya. Manusia terengah-engah, gagap teknologi dan terseret-seret berakselerasi.Sekarang kita masuk di portal kengerian akan wabah penyakit yang menghancurkan semua aspek kehidupan dan manusia itu sendiri. Apakah ini zaman “Dark Age” kedua?

Manusia yang dianugerahi pikiran, kecerdasan, kemampuan memprediksi fenomena, kreativitas dan kesadaran diri, kesiapsiagaan, keterampilan dan kekuatan bertahan, pasti akan mencari jalan keluar dari permasalahan-permasalahan.

Manusia bukan hanya melihat dan merasa dengan alat indera, bukan hanya membaca fenomena dan wacana yang terjadi, bukan hanya menafsirkan alam dengan akalnya, bukan hanya mencoba bertahan dari wabah penyakit, tetapi ia juga berusaha menciptakan solusi agar dapat bertahan dan melanjutkan kehidupan.

Manusia berusaha dengan berbagai cara bahkan bertransformasi untuk menghadapi kehidupan yang semakin mengerikan ini. Itulah etnometodologi, cara peradaban agar tetap eksis dalam kehidupan.

Bagaimana mereka menciptakan dan memahami kehidupan mereka, bagaimana cara mereka menyelesaikan pekerjaan, dan permasalahan dalam kehidupan. Ya betul, cara pandang pragmatis, filosofi pragmatis yang nominalis sekaligus realis.

Enam bulan sebelumnya banyak yang takut kehilangan pekerjaan karena robot dan otomatisasi. Sekarang orang takut kehilangan pekerjaan karena ‘VIRUS’. Covid-19 ini berdampak pada lemahnya ekonomi, sehingga daya beli menurun, kesehatan memburuk, dan secara keseluruhan melemahnya siklus kehidupan di berbagai bidang.

Baiklah, katakanlah semua orang hopeless terhadap penemuan obat anti virus Covid-19, walaupun masih ada harapan. Namun, tak ada yang bisa memprediksi masa depan, bahkan cenayang sekalipun ragu dan bahkan minder sama virus yang bernama Covid-19 ini. Namun setidaknya kita bisa melihat tren.

Ya! ada tren yang sekarang ini sedang fenomenal. Penting sekali membaca tren. Ketika orang jeli dalam melihat tren, maka pekerjaan kita tetap akanbisa bertahan bahkan kita dapat menciptakan peluang-peluang bisnis di masa Covid-19 ini.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement