Kamis 18 Apr 2019 15:13 WIB

Cara Menemukan Kembali Ide yang Hilang Saat Menulis

Menemukan kembali ide yang hilang saat menulis adalah melalui membaca

Menulis (ilustrasi).
Foto: nationalturk.com
Menulis (ilustrasi).

Sebagai penulis, pernahkah kita mengalami lost of idea atau writer's blockLost of idea atau writer's block ialah masa di mana penulis “kehabisan” ide atau inspirasinya. Otak seakan tiba-tiba “mentok” seperti ada yang menghambat keluarnya ide dan gagasan dalam pikirannya.

Ternyata hal seperti ini wajar terjadi pada setiap penulis, baik penulis pemula maupun penulis profesional. Akan tetapi janganlah kita merasa khawatir, karena setiap kesulitan itu pasti ada solusinya.

Baca Juga

Menulis yang paling mudah adalah menuliskan apa-apa yang pernah dialami atau dilakukan. Oleh karena itu, semakin variatif pengalaman hidup kita maka semakin banyak hal yang bisa dituliskan.

Banyak buku-buku best seller internasional yang bersumber dari pengalaman nyata para penulisnya. Dengan demikian harusnya tidak ada alasan lagi untuk terus berlarut-larut dalam kondisi writer's block

Solusi lainnya saat kita merasa buntu dalam menemukan ide untuk menulis adalah dengan terus melatih kepekaan kita terhadap berbagai fenomena di sekitar kita. Sikap peka dan kritis dapat dilatih dengan  mengerahkan seluruh potensi pancaindera yang Allah berikan.

Mengapa Allah menciptakan dua telinga dan satu mulut? Tentu agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Dengan banyak mendengar kita akan menemukan beribu-ribu bahkan berjuta hikmah kehidupan.

Bagaimana tidak, saat kita bersilaturrahim dan berguru kepada sumber ilmu kita akan meniti jalan kesabaran untuk mendengarkan berbagai petuah dari guru tersebut. Maka dari sana kita bisa banyak mendapatkan ide untuk memperbaiki hidup sekaligus menjadi bahan tulisan.

Yang tak kalah penting untuk diingat saat kita kehilangan ide ialah membaca. Membaca merupakan pasangan abadi dari menulis. Sebab membaca menjadi  salah satu kunci keberhasilan menulis. 

Kegiatan membaca, berbanding lurus dengan kemampuan menulis. Semakin kita banyak membaca, semakin luas pula  wawasan dan pengetahuan yang akan didapat. Sehingga kita memiliki cukup referensi dan takkan kehabisan ide untuk menulis. 

Jika membaca adalah proses melihat wawasan melalui jendela yang terbuka dan menjadikannya sebagai pengetahuan pribadi, maka menulis adalah suatu cara menyajikan kembali khazanah yang telah diperoleh kepada masyarakat luas.

Selain itu, menulis pun  perlu dibiasakan, meskipun terkadang diawali dengan paksaan dan penanaman motivasi yang kuat.  Perlu dipahami bahwa  di  era digital saat ini,  tulisan ialah senjata. Untuk  menorehkan kembali tinta emas kejayaan Islam.

Mengungkapkan agungnya peradaban yang telah dibangun Islam. Menyerukan bahwa tiada yang patut disembah kecuali Allah dan ajakan untuk kembali meneladani kisah hidup manusia terbaik sepanjang masa, Rasulullah SAW. Maka dari itu, tidak alasan bagi kita untuk berhenti menulis sekecil apapun bentuknya.

Ibnu al-Muqaffa berkata, “Ungkapan lidah itu terasa hanya pada sesuatu yang dekat dan hadir, sedangkan ungkapan tulisan itu berguna bagi yang menyaksikan dan yang tidak menyaksikan, bagi orang yang dulu dan yang akan datang. Ia seperti orang yang berdiri sepanjang waktu.”

Pengirim: Widya, Pengajar, Founder Komunitas Muslimah Menjahit & Bandung Storytellingclub

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement