Kamis 07 Mar 2019 13:05 WIB

Antara Akal dan Nafsu

Sekalipun manusia dilebihkan Allah bukan berarti lebih mulia dan terbebas kesalahan

Manusia mensyukuri nikmat Allah SWT dengan cara menyembah dan beribadah kepada-Nya.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Manusia mensyukuri nikmat Allah SWT dengan cara menyembah dan beribadah kepada-Nya.

Dalam al-Quran, banyak sekali ayat-ayat yang menyebut kata-kata seputar akal atau penggunaannya, yaitu berpikir. Misalnya yang hadir dalam bentuk afala ta’qiluun (apakah kamu tidak mengerti) yang berulang sebanyak 13 kali.

Begitu pula dalam ungkapan la’alakum ta’qiluun” (agar kalian memahaminya) berulang sebanyak 8 kali. Juga dalam ungkapan liqaumi yatafakkaruun (bagi kaum yang memikirkan) yang berulang sebanyak 7 kali. Semua ungkapan tentang akal dalam ayat-ayat tersebut berkonotasi positif.

Akal merupakan suatu anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia yang digunakan untuk berpikir dalam segala hal seperti alat untuk mentafakuri alam semesta sehingga ia mendapat petunjuk untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Akal pulalah yang dipakai manusia sebagai alat untuk menggali ilmu-ilmu dan rahasia-rahasia alam untuk dimanfaatkan buat kepentingan manusia. Maka dengan akallah yang membedakan dan melebihkan manusia dari seluruh makhluk yang lainnya di muka bumi ini.

Sekalipun manusia dilebihkan oleh Allah dengan makhluk  lainnya, bukan berarti manusia itu lebih mulia, terbebas dari kesalahan. Justru ia bisa lebih rendah daripada hewan, apabila ia tidak mengendalikannya. Manusia terkadang berbuat salah sekalipun aktivitasnya terbatas di wilayah dan batas-batas jangkauannya.

Oleh karena itu, manusia yang berakal membutuhkan saran dan pendapat dari orang lain (yang berakal pula) dengan cara saling mengingatkan dan saling menasihati, sehingga menjadikannya manusia yang paripurna.

Keutamaan seseorang dengan orang yang lainnya diukur dengan kemampuan akal mereka. Sebagaimana diriwayatkan dari al-Baihaqi dan al-Hakim al-Tirmidzi, sebagai berikut:

“Dari ‘Aisyah RA, ‘Wahai Rasulullah dengan apa manusia diunggulkan antara satu dengan yang lainnya ketika di dunia? “dengan akal”, jawab Rasul saw. Kemudian ‘Aisyah kembali bertanya: dan di akhirat? “dengan akal”, jawab Rasul saw kembali. “Bukankah mereka akan dibalas sesuai dengan akal mereka?” Tanya ‘Aisyah dalam keraguan. Kemudian Rasul meyakinkannya dan mengatakan: “Dan bukankah manusia beramal sesuai dengan kemampuan akal mereka yang dikaruniai oleh Allah kepada mereka? Pada tingkat mana akal mereka di sana perbuatan mereka berada, dan dari sanalah mereka dibalas.” (HR. al-Hakim al-Tirmidzi)

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement