Selasa 21 May 2019 13:12 WIB

Impor guru, Tepatkah?

Impor guru tidak akan menyelesaikan permasalahan pendidikan yang sistemik

Guru honorer dan guru tidak tetap melakukan aksi tutup mulut saat menggelar aksi di halaman kantor Bupati Blitar, Jawa Timur, Senin (29/10/2018).
Foto: Antara/Irfan Anshori
Guru honorer dan guru tidak tetap melakukan aksi tutup mulut saat menggelar aksi di halaman kantor Bupati Blitar, Jawa Timur, Senin (29/10/2018).

Tak menampik banyak problem tentang guru kita saat ini. Pada sisi guru misalnya banyak dikritik terkait keilmuan, profesionalitas dan kepribadian. Pun pada proses yang seleksinya tak banyak tak transparan dan akuntabel.

Bahkan permasalahan di hulunya yakni sistem pembelajaran di kampus-kampus yang dianggap gagal melahirkan guru-guru hebat. Memang, bisa jadi ini menyumbang kegagalan pencapaian tujuan pendidikan kita.

Baca Juga

Bagaimana mengatasinya ?. Apakah perlu impor guru? Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia mewacanakan perlunya impor guru. Meskipun Ibu Menteri menyatakan pernyataannya diplintir karena ia tidak menyatakan akan mengimpor guru. Tapi beliau mempertegas bahwa beliau ingin mendatangkan guru dari luar untuk training of trainer (ToT).  

Nah pertanyaanya, permasalahan yang mana yang ingin dijawab dengan ToT oleh bu Menteri? Apakah kualitas kompetensi pedagogiknya? Dengan anggapan guru yang didatangkan memiliki kemampuan pedagogik mumpuni. Sedangkan guru kita Indonesia tercinta ini dianggap belum.

Baik, pertanyaannya, apakah tidak ada lagi guru yang mumpuni di negeri ini? Sekalipun untuk yang memegang jabatan profesor dalam bidang pendidikan? Atau apakah mereka kurang banyak? Saya belajar di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta.

Disana satu matakuliah bisa diampu hingga empat sampai lima profesor. Masih kurang untuk Indonesia yang besar ini. Lalu seberapa banyak guru yang akan didatangkan?. Bagaimana menyeleksi guru dari luar tersebut? Bagaimana sistem trainingnya? Akan ada banyak pertanyaan rentetan untuk hal ini.

Lalu, jika sudah selesai ToT bagaimana problem yang lainnya? Ada problem salary yang memprihatinkan khususnya guru-guru honor di daerah. Ada banyak problem kekurangan guru sehingga guru bisa mengajar dua kelas di jam yang bersamaan.

Problem sarana prasana yang minim dalam guru melakukan peran pedagogiknya. Apakah dengan ToT permasalahan ini dapat selesai?. Jawabannya saya bisa pastikan tidak. Pendeknya, permasalahan guru ini sangat sistemik. Permasalahan sistemik harus dijawab dengan sistemik pula. Ia tak dapat diselesaikan secara parsial. 

Alangkah bijaknya jika ibu Menteri mengumpulkan berbagai pakar pendidikan untuk membicarakan penyelesaian masalah ini. Dengan demikian diharapkan mampu mendapatkan jawaban yang sistemik.

Sehingga bukan menimbulkan wacana spontan yang justru menyinggung anak bangsa. Dianggap meremehkan pada pakar pendidikan negeri ini. Hidup guru! Tak terhingga jasamu bagi bangsa, Engkau pahlawan tanpa tanda jasa.   

Pengirim: Mirzon Daheri, MA.Pd, Dosen IAIN Curup, Bengkulu

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement