Ketiga, Perbanyak do’a, zikir dan beristigfar. ‘Aisyah diperintahkan berdoa di malam al-Qadar. Sufyan ats-Tsauri berkata, “Berdoa pada malam al- qadar, lebih saya sukai daripada sholat."
Sufyan berkata pula, “Apabila seorang membaca al-Qur’an, berdoa serta meningkatkan do'anya kepada Allah, mudah-mudahan dia memperoleh waktu mustajab.”
Rasululah Saw bertahajjud di malam-malam bulan Ramadhan, membaca al-Qur’an dengan tertib. Beliau tidak melalui ayat Rahmat, kecuali beliau memohonnya kepada Allah. Beliau tidak melalui ayat azab, kecuali beliau berlindung diri kepadaNya. Beliau mengumpulkan antara sholat, qira’at, doa dan tafakkur.
Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari ‘Aisyah, bahwa Rasul mengajarkan kepada ‘Aisyah doa yang diucapkan pada malam al-qadar, yaitu:
“Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?’ Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul afwa fa’fu’annî (Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku).
Dalam Hasyiyah al-Jalâlain, as-Sawi berkata, “Doa yang paling baik dido’akan pada malam itu (al- qadar) ialah memohonkan kemaafan dan ke’afiatan, sebagaimana yang telah diterima dari Nabi Saw.”
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah melihat pada malam al-qadar kepada orang-orang mukmin dari ummat Muhammad, lalu dimaafi mereka dan dirahmatiNya, kecuali empat orang, yaitu: peminum arak, pendurhaka kepada ibu-bapak, orang yang selalu bertengkar, dan memutus tali silaturahmi.”
Keempat, beri’tikaf di masjid.Sayyid Sabbiq, dalam Fiqh as-Sunnah menyatakan, bahwa i’tikaf adalah luzûm al-syai’ wa habs al- nafs ‘alaih (mengikatkan diri pada sesuatu dan menahan diri di atasnya).235 Dengan kata lain, i’tikaf adalah berdiam (tinggal) di suatu tempat. Oleh karena itu, orang-orang yang tinggal di masjid dan menegakkan ibadah di dalamnya bisa disebut sebagai mu’takif dan ‘akif (orang yang sedang beri’tikaf).
Imam Ibn al-Qayyim berkata, “Manakala seseorang ingin berjalan di atas jalan Allah SWT dalam keadaan sehat dan istiqamah (konsisten), semuanya sangat tergantung pada terkumpulnya unsur- unsur yang bisa memperkuat hati, kemudian menghadapkan hati tersebut kepada Allah SWT secara menyeluruh. Sebab, kusutnya hati tidak akan dapat sembuh kecuali dengan menghadap kepada Allah Ta’ala. Sedangkan makan dan minum yang berlebih-lebihan dan berlebih-lebihan dalam bergaul, terlalu banyak bicara dan tidur, termasuk dari unsur-unsur yang menjadikan hati bertambah kusut dan menceraiberaikan hati di setiap tempat. hati menuju Allah SWT.”
Inilah empat amalan dalam mengoptimalkan ibadah kepada Allah SWT yang bisa kita lakukan dalam rangka menghidupkan malam lailatul qadar. Semoga, puasa kita mampu menempa dan melahirkan kembali diri ini menjadi insan fitrah yang layak mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu dan yang akan datang. Allaahu a’lam
Pengirim: Yulida Hasanah, FORSIMA, Forum Silaturrahmi Ustazah dan Muballighoh