Jumat 10 May 2019 13:48 WIB

Nestapa Muslim Palestina tanpa Junnah

Muslim Palestina melewati Ramadhan tanpa perlindungan

Ilustrasi Serangan Kepada Muslim
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Serangan Kepada Muslim

Palestina kembali dibombardir oleh Israel di malam jelang Ramadan. Tampaknya ini merupakan tradisi Israel menyambut Ramadan. Sekali lagi dunia Islam hanya diam menonton. Apakah ada hastag #PrayForPalestine dari para pemimpin dunia Islam? Tidak ada.

Palestina berdiri dengan kakinya sendiri melawan kejamnya Israel selama puluhan tahun. Kaum muslimin hanya bisa menangis melihat saudara seaqidah berada dalam nestapa perang tak berkesudahan.

Baca Juga

Anak-anak dipaksa dewasa untuk bisa memahami keadaan sekelilingnya. Para wanita harus berjuang melindungi kehormatan diri dari tangan kotor tentara Israel. Para lelaki hanya memiliki pilihan 'Lawan'.

Ramadhan bulan perjuangan. Betapa hal tersebut tergambar dalam diri kaum muslimin Palestina. Meski begitu mereka tetap menjalankan sunnah Shaum Ramadan. Sahur dan berbuka ditengah dentuman bom dan serangan udara tentara Israel.

Palestina butuh pelindung. Mereka butuh tentara yang membebaskan, bukan sekedar makanan dan obat. Beginilah jika Junnah kaum muslimin hilang. Islam dihinakan. Penganutnya terhina. Penjajah menginjak harga diri umat tanpa takut apapun. Melakukan genocida tanpa ampun. Membunuh, memperkosa tanpa rasa bersalah sedikitpun. Karena mereka menyakini tidak akan ada yang melawan mereka. Semua negeri Islam dalam kendali  lewat perjanjian internasional. Begitupula konsep nations state, membuat para pemimpin Islam lumpuh total.

Bandingkan dengan khalifah Al Mu'tashim Billah dari Daulah Abbasyiyah. Peristiwa Amuriyah menjadi jejak sejarah agung tentang Junnah. Pasukan daulah di kerahkan untuk membebaskan seorang perempuan dari kekejaman tentara Romawi. Hari ini Palestina butuh  sosok-sosok pemimpin seperti Al Mu'tashim Billah. Yang berani mengerahkan militernya tanpa takut gunjingan dan tekanan internasional. Wallahu'alam bi Showab

Dwi Agustina Djati, tinggal di Semarang

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement