Rabu 20 Mar 2019 16:49 WIB

Menyikapi Aksi Bunuh Diri di Kalangan Intelektual

Bunuh diri di kalangan intelektual khususnya mahasiswa sering terjadi

Ilustrasi Bunuh Diri
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Bunuh Diri

REPUBLIKA.CO.ID, Menjelang akhir 2018, penulis kaget bukan kepalang ketika melihat meningkatnya angka bunuh diri. Satu yang bikin tercekat adalah bunuh diri di kalangan mahasiswa.

Di akhir tahun 2018, setidaknya ada tiga mahasiswa Universitas Padjadjaran yang bunuh diri di kamar kosnya. Awal Maret ini, bunuh diri mahasiswa kembali terjadi. Sayangnya yang banyak melakukan bunuh diri berasal dari kalangan intelektual. Sehingga menimbulkan keprihatinan mendalam dari penulis.

Baca Juga

Tingginya angka bunuh diri di kalangan mahasiswa tak lepas dari beban hidup yang semakin berat. Tekanan dari orang tua agar cepat lulus, sulitnya menemui dosen, hingga ditolaknya skripsi, biaya pendidikan yang mahal bila harus mengulang kuliah, dan biaya untuk hidup selama kuliah. Semua itu menjadi beban pikiran sendiri sehingga mampu menyebabkan stres atau depresi.

Setiap manusia pasti diberikan ujian kehidupan. Apa pun masalahnya, pasti ada solusinya. Melakukan bunuh diri merupakan bukti lemahnya iman, sedikitnya pemahaman Islam, jauhnya seseorang dari Rabb, dan sikap berputus asa terhadap rahmat-Nya.

Oleh karenanya, bagi mereka yang dirundung masalah, seharusnya bertaqarrub kepada Allah SWT, mengkaji Islam lebih dalam, mencari pergaulan yang Islami, dan yakin bahwa Allah dekat dan menolong hamba-Nya. Semoga dengan upaya ini mampu mengurangi angka bunuh diri. Wallahua'lam.

Pengirim: Nay Beiskara, Sumedang

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement