Senin 13 Jan 2020 05:49 WIB

Sisa Banjir Kali Krukut

Kali Krukut salah satu yang meluap saat hujan deras melanda Jakarta sejak awal 2020.

Sampah sisa banjir Kali Krukut.
Foto: Devita Savitri
Sampah sisa banjir Kali Krukut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampah sisa banjir terlihat masih menyangkut di tiang kali Krukut, Rengas, Jakarta Selatan pada Kamis (9/01/2020). Sampah yang sebagian besar plastik tersebut ikut menjadi saksi bisu bencana alam yang melanda Jakarta awal tahun 2020.

Derasnya hujan yang turun di daerah Jabodetabek sejak momen pergantian tahun mengakibatkan sejumlah sungai tak lagi mampu lagi menampung air dan tumpah di sejumlah ruas jalan Jabodetabek. Salah satu sungai yang meluap yakni kali Krukut.

Meluapnya kali ini mengakibatkan sejumlah rumah warga terendam banjir. Sungai Krukut yang termasuk pada empat Daerah Aliran Sungai (DAS) selain Sungai Ciliwung, Sungai Cakung, dan Sungai Sunter termasuk daerah yang terdampak banjir terparah di Jakarta.

Walau banjir sekitar Kali Krukut telah surut sejak Kamis (2/01/2020) lalu, warga diimbau tetap waspada. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan puncak musim hujan di wilayah Indonesia akan terjadi pada Februari mendatang. Salah satu warga menyatakan banjir yang terjadi awal tahun 2020 ini termasuk banjir parah setelah tahun 2007.

“Banjir kemarin cukup besar, hampir setara sama tahun 2007 dulu, datangnya tiba-tiba juga jadi banyak barang yang nggak selamat, malah kelihatan jadi sampah,” jelas Fajar (25) seorang warga di bantaran Sungai Krukut.

Sungai Krukut atau Kali Krukut adalah sungai sepanjang kurang dari 40 km yang mengalir melintasi dari Situ Citayam hingga berakhir di Banjir Kanal Barat yang menyatu dengan Kali Ciliwung.

Dahulu Kali Krukut terbilang sungai yang bersih. Kini, karena padatnya pemukiman penduduk dan kurangnya pengelolaan, airnya berubah menjadi kehitaman, penuh sampah, dan mudah meluap saat banjir.

Warga sekitar yang tinggal di daerah bantaran kali Krukut tidak lagi mau menggunakan air sungai untuk kegiatan sehari-hari. Keadaan air sungainya sudah tidak layak digunakan. Terkadang warnanya berubah-ubah dari warna coklat, hijau, bahkan hitam. Selain itu, banyaknya sampah plastik dimana-mana hingga bau yang tidak sedap menjadikan warga enggan untuk menggunakan air Kali Krukut.

“Dulu iya banyak digunakan warga, buat mencuci, kalo hari raya kurban kadang buat cuci organnya, kalo sekarang enggak lagi, banyak sampah, terkadang bau juga jadi gimana mau digunain lagi,” ujar Daryono (68) warga sekitar terdampak banjir.

Pemprov DKI telah berupaya untuk melakukan penanggulangan Sungai Krukut. Namun, upaya yang dilakukan masih sebatas pengoptimalan agar tidak terjadinya banjir yang bisa meluap ke rumah-rumah warga. Hasilnya belum terlalu optimal.

Oleh: Devita Savitri, Mahasiswa dan warga sekitar Kali Krukut.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement