Rabu 06 Feb 2019 11:59 WIB

'Pak Anies, Ada Pungli Pedagang di CFD Thamrin'

Pedagang diminta membayar Rp 400 ribu untuk lapak plus tambahan uang kebersihan

Warga beraktivitas di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, yang lengang saat berlangsungnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau CFD.
Foto: Aditya Pradana Putra
Warga beraktivitas di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, yang lengang saat berlangsungnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor atau CFD.

JAKARTA -- Saya mulai berjualan di CFD area Thamrin sejak November 2017. Awalnya iseng mau coba peruntungan. Pertama kali datang Saya meletakkan barang jualan di trotoar Thamrin yang kebetulan kosong (tepat di belokan Jalan Teluk Betung).

Baru saja meletakkan barang jualan, tiba-tiba ada pedagang yang bilang itu lapaknya orang lain. Pedagang itu bilang nanti diurus pembina kalau mau jualan di sana.

Baca Juga

Tidak lama kemudian tiba orang yang  dimaksud sebagai pembina. Saya pikir dari dinas atau sejenisnya ternyata preman area sana. Dia nanya "Mau Hari ini aja atau tahunan?" Saya bingung, memangnya bayar ya buka lapak di CFD? Saya jawab aja "Liat sikon ya, cuan atau gak lagian emang bayar ya?," .

Dia menjawab iya, uang itu nanti termasuk uang keamanan, kebersihan, sumbangan ke mesjid area belakang (Saya juga nggak tahu persis di mananya). "Yaudah tunggu sampai jam 10 nanti Saya kabari," jawab Saya sambil nanti tanya juga ke pedagang kiri dan kanan.

Setelah Saya tanya kepada para pedagang jawab "Iya bayar kalau mau tetap," .

Setahu Saya buka lapak di CFD itu free tinggal daftar aja di situs HBKB jakarta. Hanya sayangnya situsnya susah diakses. Tapi ternyata disuruh bayar oleh preman mengaku pembina itu sebesar  400 ribu per tahun.

Akhirnya Saya mau nggak mau ikutan karena para pedagang juga bayar. 

Yang bikin Saya heran, katanya uang sewa sudah termasuk kebersihan tapi lapak Saya Kotor terus sama sampah daun setiap mau buka lapak. Tiap Saya protes malah disuruh bawa sapu lidi dan disuruh sapu sendiri.

Nah, saat CFD Tanggal 3 February tiba-tiba ada preman mengatasnamakan dari RW. Dia meminta pungli senilai Rp 5.000 ke setiap pedagang di jajaran Saya. Dia mengaku namanya Bang Brewok. Orangnya bertubuh pendek, gempal, kulit hitam. 

Saya: lah gw udah bayar kenapa musti bayar lagi?

Preman: Ya ini berdasarkan rapat RW minggu kemarin..

Saya: RW mana ya? Emangnya RW ngurus CFD juga?

Preman: Iya ini Kan wilayah RW 7.

Saya: siapa ketuanya? 

Preman: Pak Maman.

Saya : Ya lo Tanya lah ke si P (preman ngaku pembina). Itu urusan dia. Gw dah bayar ke dia ngapain lo tagih gw lagi

Preman: P kabur-kaburan.

Saya: Bukan urusan gw itu.

Preman : Mau bayar nggak?

Akhirnya Saya terpaksa bayar karena malas ribut juga. Begitu juga pedagang di sekeliling Saya.

Dia sudah meminta pungli ke semua PKL CFD sebesar 5000 mengatasnamakan RW ke pedagang CFD Thamrin UOB sampai lampu merah Menara BCA. Nama Aslinya Saya tidak tahu. Tapi menurut informasi para pedagang Dia (Bang Brewok) cukup sering berada di Jalan Teluk Betung.

Saya sebagai pedagang hanya ingin berdagang sesuai ketentuan tanpa ada paksaan bayar sewa dan pungli dari preman. Seharusnya dikembalikan ke basic, pengawasan dan pembina berada di bawah kontrol Dinas Perhubungan dan Koperasi dan UMKM. Tidak ada uang yang dikutip untuk bayar sewa lapak.

Pengirim: Widi, Jakarta

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement