Jumat 09 Dec 2022 15:51 WIB

Teknologi 'Charging Spot' FT UM Terintegrasi Tempat Sampah Non-Organik

Kapasitas yang dihasilkan teknologi ini lebih besar.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Tim pengabdian masyarakat dari Universitas Negeri Malang (UM) mengenalkan teknologi Charging Spot terintegrasi tempat sampah non-organik dikenalkan di Kota Blitar, Jawa Timur (Jatim).
Foto: Tim Pengabdian Masyarakat
Tim pengabdian masyarakat dari Universitas Negeri Malang (UM) mengenalkan teknologi Charging Spot terintegrasi tempat sampah non-organik dikenalkan di Kota Blitar, Jawa Timur (Jatim).

REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR --  Kota Blitar diketahui memiliki suhu udara yang cukup sejuk dengan rata-rata temperatur 24 hingga 34 derajat Celcius. Sebab itu, sebagian besar wilayah dijadikan sebagai wana wisata dan ruang terbuka yang dapat diakses oleh publik.

Adapun tempat yang telah disediakan dan sering dikunjungi di Kota Blitar antara lain Aloon-Aloon Kota Blitar, Taman Pecut, dan Makam Bung Karno. Kemudian terdapat Istana Gebang, TMP, Taman Sentul, PIPP, Kebon Rojo, Sport Center, dan Stadion Supriadi.

Guru Besar Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM), Prof Purnomo menjelaskan, tempat-tempat tersebut memiliki daya pikat masing-masing. Contohnya, yakni Aloon-Aloon Kota Blitar yang mempunyai lahan sangat luas sehingga cocok untuk melakukan berbagai aktivitas. "Seperti olahraga, berkumpul keluarga, bermain, belajar, dan lain sebagainya yang hampir dipastikan tidak lepas dari penggunaan smart phone," katanya.

Dengan adanya berbagai aktivitas dan fasilitas yang ditawarkan, ternyata tidak berbanding lurus dengan rasa kepedulian dan kebersihan pengunjung terhadap lingkungan. Oleh karena itu, tim Pengabdian Kepada Masyarakat dari UM yang terdiri atas Prof Purnomo, Tuwoso, Suharmanto, dan Johan Wayan Dika mencoba memastikan kondisi yang sebenarnya di area Aloon-Aloon Kota Blitar.

 

Dari hasil kunjungan tersebut, ternyata memang benar adanya bahwa kesadaran akan kebersihan dan kepedulian terhadap lingkungan tidak benar-benar tumbuh optimal. Sebagian besar pengunjung menyampaikan sudah ada petugas khusus yang nantinya membersihkan bekas mereka setelah kegiatan selesai.

Berdasarkan hasil kunjungan disertai tanggapan dari pengunjung Aloon-Aloon Kota Blitar, maka Purnomo dan tim berinisiatif untuk membuatkan teknologi tepat guna dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan. Hal ini didasari dengan luasnya area Aloon-Aloon yang terkena panas sinar matahari secara penuh.

Hadirnya teknologi tepat guna akan dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah utama yaitu kesadaran akan kebersihan dan kepedulian terhadap lingkungan. Di sisi lain, Purnomo juga memberikan daya tarik sendiri agar pengunjung terpikat dan mau membuang sampah pada tempatnya.

Salah satunya dengan memanfaatkan energi terbarukan berupa panas sinar matahari. "Adalah charging spot terintegrasi dengan tempat sampah non-organik," kata Purnomo.

Teknologi tepat guna tersebut secara umum memiliki tiga fungsi utama. Tiga fungsi tersebut antara lain sebagai tempat sampah khusus non-organik di bagian belakang, tempat duduk yang berada di bagian kanan dan kiri, serta di bagian samping kanan dan kiri dari meja panel panel surya tersebut dilengkapi dengan empat port USB.

Hal ini dapat dimanfaatkan untuk charge smart phone. Jika dibandingkan dengan power bank, maka kapasitas yang dihasilkan teknologi ini lebih besar. Dengan terkena sinar matahari secara penuh kurang lebih delapan jam, maka charging spot ini mampu men-charge dari 0 persen hingga 100 persen sebanyak 16 ponsel.

Di sisi lain, port USB ini juga dilengkapi dengan tampilan voltase yaitu antara 9,6 Volt hingga 11,8 Volt. Hal ini secara sederhana dapat diartikan bisa untuk digunakan untuk charge.

"Kami memberikan tempat sampah non organik di sini, bermaksud ingin memadukan antara penerapan teknologi yang ramah lingkungan serta mengedukasi pengunjung agar menjaga kebersihan," kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement