Ahad 29 Aug 2021 06:41 WIB

Aktivis UMM Bangun Bisnis Pertanian dengan Harvest Day Farm

Platform ini berfokus pada edukasi dan penyediaan produk pertanian.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Kampus UMM.
Foto: Dokumen
Kampus UMM.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menjadi aktivis tidak melulu berkutat pada urusan organisasi, tetapi juga bisa dibarengi dengan berbisnis. Hal itulah yang dilakukan oleh mahasiswa Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hasiruddin.

Selain menjadi aktivis di UMM, Haris juga telah membangun bisnis pertanian bernama Harvest Day Farm. Bersama UMMTalks pada Sabtu (21/8) lalu, ia menceritakan bagaimana membangun usaha di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa dan aktivis organisasi.

Haris mendirikan Harvest Day Farm sejak 2020, tepatnya saat awal pandemi Covid-19. Ia mengaku kegiatan kampus yang tidak begitu padat membuatnya berinisiatif menyusun dan membangun bisnis tersebut. Haris tidak sendiri, ia ditemani satu kawannya dalam merintis Harvest Day Farm hingga saat ini.

Uniknya, pemberian  nama Harvest Day Farm tersebut berangkat dari ketertarikannya akan gim berjudul Harvest Moon yang ia mainkan saat kanak-kanak. Hal itu membuatnya termotivasi untuk terus menanam serta memanen seperti yang dilakukannya di dalam permainan. "Meski melakukan proses panen setiap hari belum bisa terealisasi, paling tidak saya ingin memanen pahala setiap hari melalui platform Harvest Day Farm ini," katanya.

 

Mahasiswa kelahiran Lamongan ini menjelaskan Harvest Day Farm merupakan platform yang berfokus pada edukasi dan penyediaan produk pertanian. Platform ini akan memuat informasi dan literatur terkait masalah pertanian. 

Harvest Day Farm juga telah mengadakan kegiatan seminar daring dan pelatihan seperti pertanian organik dan hidroponik. Pelatihan gratis ini bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat mengenai dunia pertanian. Sementara kegiatan yang berbayar ditujukan kepada orang-orang yang ingin mengembangkan pertaniannya.

Selain jasa, Harvest Day Farm juga menyediakan bibit seperti stroberi, pakcoy, selada dan sebagainya. Penyediaan bibit ini merupakan hasil kerja sama dengan para mitra petani di Batu. Ketertarikannya untuk menyediakan bibit ini berangkat dari permasalahan tengkulak yang seringkali memainkan harga.

Mahasiswa yang menjabat sebagai Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UMM ini memiliki tujuan untuk meningkatkan minat pertanian kepada milenial. Dengan begitu, angka petani muda dapat tumbuh pesat di Nusantara.

"Melihat angka petani milenial yang berada di angka delapan persen membuat saya bersemangat untuk mengajak anak-anak muda untuk mengembangkan pertanian di Indonesia,” kata dia dalam pesan resmi yang diterima Republika, Sabtu (28/8).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement