Kamis 16 Dec 2021 17:45 WIB

Jutaan Serangan Siber Terjadi Setiap Hari

Sangat membutuhkan kemampuan untuk menangkal serangan-serangan siber itu.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbudristek, Nizam, bersama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, dan Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Jamal Wiwoho, saat meresmikan Cyber Security Hub di gedung Solo Techno Park, Solo, Jawa Tengah, Kamis (16/12).
Foto: Republika/Binti Sholikah
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbudristek, Nizam, bersama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, dan Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Jamal Wiwoho, saat meresmikan Cyber Security Hub di gedung Solo Techno Park, Solo, Jawa Tengah, Kamis (16/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Setiap hari, masyarakat tidak lepas dari aktivitas menggunakan perangkat elektronik. Mulai dari melakukan pekerjaan, transaksi perbankan, belanja daring, hingga aktivitas di media sosial. Apalagi, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 170 juta orang.

Beragam aktivitas tersebut menggunakan akun yang memuat data pribadi di mana sangat memungkinkan terjadi kebocoran data karena serangan siber. Karena itu, diperlukan keamanan siber (cyber security) terutama sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang tersebut untuk mencegah dan menangani serangan siber.

Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nizam, mengatakan, setiap hari serangan-serangan siber banyak sekali, bisa sampai jutaan serangan. Serangan itu antara lain berupa upaya untuk masuk ke sistem, upaya untuk hacking, mengambil password, dan sebagainya.

"Berbagai macam sistem, ya bank, sekolahan, kampus, kantor-kantor pemerintahan, dan sebagainya. Sehingga memang ini sangat membutuhkan kemampuan kita untuk menangkal serangan-serangan siber tersebut. Jadi memang sangat dibutuhkan adanya tenaga atau SDM di bidang cyber security ini," terang Nizam kepada wartawan seusai meresmikan Cyber Security Hub di gedung Solo Techno Park, Solo, Jawa Tengah, Kamis (16/12).

Nizam menyatakan, modus serangan tersebut beragam. Bisa hanya orang iseng yang merasa jago kemudian mencoba masuk ke sistem. Modus lainnya, orang yang sedang latihan, sampai yang memang tujuannya kriminal mengambil akun bank atau mengambil data pribadi.

"Jadi kita juga harus siap, mulai dari mengamankan diri, mengamankan institusi, sampai mengamankan negara," tegas Guru Besar Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.

Oleh sebab itu, melalui peresmian Cyber Security Hub tersebut diharapkan dapat mencetak SDM bertalenta yang bisa mengamankan sistem siber di Indonesia, baik di industri, dunia perbankan, dunia pendidikan, pemerintahan, dan masyarakat umum.

Cyber Security Hub akan memberikan pelatihan-pelatihan kepada peserta agar memiliki kompetensi keamanan siber. Di antaranya, mengenal tentang hacking, coding, sistem internet, server, pengamanan server, perlindungan server, mendeteksi lalu lintas yang anomali di internet, maupun cara mengenali hacker.

"Banyak sekali. Karena kompetensi atau sertifikasi di bidang cyber security ini bertingkat-tingkat dan bermacam-macam. Jadi memang dibutuhkan SDM yang banyak dan kompetensi yang sangat beragam," ungkapnya.

Nizam menargetkan, sampai akhir Desember 2021 Cyber Security Hub tersebut bisa melatih dan memberikan sertifikat kompetensi kepada 10 ribu peserta. Pelatihan diselenggarakan secara luring dan daring serta waktu yang beragam, mulai dari mingguan, bulanan hingga satu tahun sesuai level kompetensi.

Sehingga, Indonesia akan punya ahli keamanan siber di setiap jenjang. "Harapan kami, nanti SDM yang dihasilkan melalui Cyber Security Hub ini bisa digunakan oleh industri pemerintah, perbankan, dunia pendidikan tidak hanya Solo tapi seluruh Indonesia," jelas Nizam.

Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS), Jamal Wiwoho mengatakan, sarana prasarana untuk pelatihan di Cyber Security Hub merupakan hibah dari Ditjen Dikti yang kemudian ditempatkan di Solo Techno Park. Sedangkan instruktur pelatihan berasal dari UNS.

Dua berharap, pada 2022 nanti peserta yang mengikuti pelatihan mencapai 200 ribu orang selama setahun. "Kami harapkan kegiatan pelatihan bisa dilakukan secara luring dan daring. Ini adalah salah satu upaya bagaimana anak-anak muda talenta-talenta kita itu didorong untuk bisa mengikuti perkembangan melakukan pelatihan-pelatihan berkaitan dengan cyber security," ujarnya.

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengaku beberapa kali Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menjadi korban peretasan. Terakhir, peretasan menyasar akun media sosial pemkot.

"Di cyber security menjadi hal sangat krusial terutama pengamanan data-data kita. Data-data sensitif semua dan melibatkan orang banyak. Sehingga harus diantisipasi, jangan sampai data-dat sensitif digunakan untuk hal-hal tidak baik," kata Gibran.

Ia menambahkan, nantinya para Aparatur Sipil Negara (ASN) di dinas terkait juga akan diberi pelatihan mengenai keamanan siber, sehingga bisa mengantisipasi serangan siber.

"ASN ini butuh penambahan ilmu-ilmu untuk kompetensinya. Apalagi kemarin di pemkot terjadi kejadian yang tidak diinginkan itu, jadi nanti sangat perlu sekali. Ini nanti juga akan diserap di industri," jelas Gibran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement