Senin 21 Jun 2021 14:35 WIB

Ruang Isolasi Critical di Sleman Sudah Sangat Kritis

Sebuah fasilitas kesehatan menambah kapasitas isolasi critical memang tidak mudah.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) memeriksa tempat tidur pasien Covid-19.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Petugas kesehatan memakai Alat Pelindung Diri (APD) memeriksa tempat tidur pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Peningkatan kasus positif covid di Kabupaten Sleman, DIY, mulai berdampak kepada ketersediaan ruang isolasi, terutama untuk kategori cricital. Karenanya, faskes-faskes yang ada diminta bisa menambah kapasitas ruang isolasi critical.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo mengatakan, sebenarnya untuk ruang isolasi non-critical di RS-RS sudah terpakai sekitar 75 persen. Artinya, masih terdapat sekitar 25 persen ruang isolasi yang tersedia.

"Tapi, untuk bed critical memang sudah sangat kritis, sampai kemarin sore tetap tinggal satu, itupun yang antre di IGD di RSUP Dr Sardjito sangat banyak," kata Joko, Senin (21/6).

Untuk itu, ia menekankan, kemarin sudah dilakukan rapat koordinasi secara virtual dengan Dinas Kesehatan DIY dan Kementerian Kesehatan. Masih terus dirancang langkah-langkah solutif untuk mengatasi situasi kritis tersebut.

Sebab, lanjut Joko, dikhawatirkan jika kapasitas yang ada tidak ditambah, justru justuh lebih banyak korban. Meski begitu, ia mengakui, untuk sebuah fasilitas kesehatan menambah kapasitas isolasi critical memang tidak mudah.

Mulai dari ruang yang harus ditangani dokter spesialis anastesi, perawat yang harus sudah terlatih menangani intensif care, fasilitas yang harus ada tekanan negatif, dan harus ada ventilator. Karenanya, ia membenarkan, itu tidak mudah.

"Karenanya, kita imbau faskes-faskes yang ada ini menambah total yang ada minimal 30 persen dari kapasitas yang ada sekarang," ujar Joko.

Sejauh ini, total kapasitas ruang isolasi critical di Sleman sendiri ada 56 ruangan dan kemarin terisi 55. Mengingat menambah ruang isolasi critical tidak mudah, Joko berharap ada pula solusi lain untuk mengatasi situasi kritis ini.

"Pekan ini saya yakin belum ada, jadi harus ada solusi lain, sebab menambah ruang isolasi critical memang tidak mudah," katanya.

Kondisi itu diakui RS-RS rujukan covid di Sleman. Direktur RSUD Prambanan, drg Isa Dharmawidjaja mengungkapkan, kemarin memang ruang isolasi untuk pasien covid sudah penuh. Karenanya, mereka terus melakukan usaha penambahan.

Terakhir, lanjut Isa, RSUD Prambanan melakukan penambahan sekitar 10 tempat tidur untuk menampung pasien positif lain. Ia berpendapat, RS-RS yang ada di Sleman kesulitan karena memang turut menampung pasien-pasien dari luar Sleman.

"Sulit ya karena kita menampung tidak cuma dari Sleman, tapi dari luar Sleman, tapi kita usahakan terus tambah kapasitas," ujar dia.

Senada, Divisi Humas dan Marketing RS Jogjakarta International Hospital (JIH), Febriana Endah Sari menerangkan, ruang isolasi untuk pasien covid di RS JIH juga sudah penuh. Tapi, ia menegaskan, penanganan tidak mengalami kendala.

"Untuk bed covid di RS JIH saat ini penuh, ada 16 bangsal isolasi dan satu ICU isolasi," kata Febriana.

Perkembangan Senin (21/6) pagi, Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan menuturkan, ruang intensif yang ada di sana kini tersisa empat tempat tidur. Sedangkan, saat ini mereka merawat sampai 90 pasien covid.

Ia menekankan, data itu memang akan terus bergerak sesuai kondisi lapangan. Saat ini, untuk mengantisipasi lonjakan kasus positif covid, RSUP Dr Sardjito telah mempersiapkan ruangan-ruangan tambahan untuk penanganan pasien covid.

"RSUP Dr Sardjito telah menyiapkan ruang, bila ada eskalasi dapat mengaktifkan sampai sekitar 300 tempat tidur (total)," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement