Senin 26 Sep 2022 15:29 WIB

Simulasi Kebakaran RS PKU Muhammadiyah Solo Fokus Empat Hal, Apa Saja?

Ada 100 orang petugas rumah sakit yang disiapkan untuk pelatihan.

Rep: c02/ Red: Yusuf Assidiq
Kegiatan simulasi kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Kota Solo.
Foto: Dokumen
Kegiatan simulasi kebakaran di RS PKU Muhammadiyah Kota Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Dalam rangka tanggap bencana, RS PKU Muhammadiyah Kota Solo, Jawa Tengah, menggelar kegiatan simulasi kebakaran, Ahad (25/9/2022). Direktur RS PKU Muhammadiyah Kota Solo Mardiyatmo mengatakan simulasi kebakaran terdapat beberapa mitigasi yang diperlukan.

Setidaknya ada empat hal penting yang perlu diselamatkan. "Pertama adalah pasien, kedua pegawai rumah sakit, ketiga dokumen terutama dokumen medis, dan keempat arsip administrasi," kata Mardiyatmo.

Menurut dia, untuk mengantisipasi bahaya kebakaran, diperlukan pelatihan guna mengantisipasi penyelamatan tersebut setidaknya setahun sekali paling sedikit. Baik untuk mengantisipasi kebakaran kecil maupun besar.

"Karena kita harus yakin betul apabila ada terjadi suatu kebakaran, apakah itu besar atau kecil pasti dari yang kecil dan itu biasanya terjadi tapi ada kekeliruan," katanya.

Selain itu, Mardiyatmo mengatakan ketika terjadi suatu kebakaran, khususnya di rumah sakit, harus diketahui apa saja yang perlu dipersiapkan. Misalnya apabila detektor berbunyi dan bagaimana petugas harus bersikap.

"Apabila ada asap atau detektor api yang menyala berbunyi dan sebagainya itu kita harus tahu itu apa. Setelah kita tahu itu maka kita mengambil apa dan melakukan apa, itu pentingnya simulasi," terangnya.

Sementara itu, menurut Pratama Ahmad, ketua panitia simulasi, ketika ada api nantinya petugas harus tahu asesmen apa yang diperlukan. Nanti ia akan minta tolong kepada petugas yang posisinya dekat dengan APAR. Itu yang sedang disimulasikan.

"Nah simulasinya itu ada api di lantai empat dan tidak bisa dipadamkan dengan APAR, kemudian telepon 124 (satpam) mencoba membawa apar lebih banyak dan tetap tidak bisa dipadamkan," terangnya.

Setelah itu, pos satpam induk menggunakan hidran mencoba memadamkan, namun api tidak bisa dikendalikan. Setelah itu diperlukan menghubungi direktur rumah sakit untuk mengumumkan aktivasi kebakaran, yakni dengan menghubungi damkar.

"Setelah dipadamkan oleh damkar baru tim evakuasi masuk untuk menyelamatkan korban. Dan setelah itu kita mendirikan rumah sakit darurat jika kebakaran masif dan melibatkan pemadam itu wajib ada (rumah sakit darurat)," ujar dia.

Dalam simulasi kebakaran kali ini, setidaknya ada 100 orang petugas rumah sakit yang disiapkan untuk pelatihan. "Harapannya jika semakin sering dilatih, akan semakin ahli termasuk protap-protap bagaimana," terangnya.

Sedangkan untuk kesiapan tindakan pencegahan meluasnya kebakaran, Pratama menjelaskan bahwa tiap area sudah disiapkan sarana APAR. Jadi dalam satu lantai bisa ada banyak tergantung luasan areanya sendiri.

"Kami intinya siap, sedangkan untuk peralatan juga dilakukan pengecekan secara berkala setiap sebulan sekali," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement