Jumat 21 Jan 2022 12:43 WIB

Lewat Qiyamul Lail, UMS Implementasikan Catur Dharma Perguruan Tinggi

Pengabdian masyarakat menjadi ladang amal saleh untuk membantu memecahkan masalah.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengadakan Qiyamul Lail dan Do
Foto: dok. Humas UMS
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengadakan Qiyamul Lail dan Do

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali mengadakan Qiyamul Lail dan Do'a Bersama secara daring pada Jumat (21/1) dini hari.

Agenda tersebut dimulai dari sholat malam dilanjutkan tausyiah yang disampaikan oleh dosen UMS, Muhtadi, dan doa oleh Ustaz Yayuli.

Baca Juga

Tausiah yang disampaikan Muhtadi mengambil tema "Merancang Amal Kebaikan (saleh) Melalui Implementasi Catur Dharma Perguruan tinggi".

Tausiyah diawali dengan refleksi dari QS. Fushilat (41) ayat 46, pemateri mengajak peserta untuk terus melakukan kebaikan atau amal saleh. 

 

"Barang siapa melakukan amal saleh, maka demi kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang melakukan keburukan, maka hal itu akan merugikan dirinya sendiri. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Ibnu Katsir bahwa sesungguhnya Allah itu maha kaya, sehingga tidak membutuhkan perbuatan hamba," terang Muhtadi, seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat.

Dalam kesempatan itu, Muhtadi juga mengutip pendapat dari Imam Al-Qurthubi tentang maksud dari QS Al-Ankabut ayat 5, yang menyebutkan, barang siapa yang merasa takut akan kematian, hendaklah dia melukakan amal saleh.

"Menjadi orang bertakwa itu hakikatnya menjadi orang yang harus berhati-hati. Ia tidak ingin kakinya menginjak duri-duri larangan Allah," jelasnya.

Dengan demikian, tambahnya, manusia harus berusaha melangkah dan menginjakkan kaki dari satu kebaikan ke kebaikan yang lain, sekecil apapun kebaikan itu.

"Seperti firman Allah yang mengatakan, Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun niscaya dia akan mendapatkan balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun dia akan melihat balasannya (QS Al-Zalzalah ayat 7-8)," papar Muhtadi.

Dia melanjutkan, apabila dikontekskan sebagai sivitas akademika dengan waktu yang hampir 30-40 persen di kampus, maka harus diniatkan sebagai ibadah dan menjadi ladang amal jariyah.

"Ini merupakan program unggulan apabila Perguruan Tinggi dibangun dari kualitas kinerja Catur Dharma dosen dan mahasiswa," ucapnya.

Menurutnya, dilihat dari segi pengajaran atau pendidikan, bagaimana dosen dapat mengajarkan ilmu yang bermanfaat, dalam bidang penelitian dapat memperkokoh akidah serta menebar kemanfaatan untuk umat. Sektor ketiga pada pengabdian masyarakat menjadi ladang amal saleh untuk membantu memecahkan masalah atau mitra dalam masyarakat, dan terkahir pengabdian dan pengamalan AIK untuk penguatan lembaga dan dakwah persyarikatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement