Kamis 09 Sep 2021 13:59 WIB

Konsumsi Listrik Jatim Tumbuh 4,36 Persen

PLN mencatat konsumsi listrik mencapai 146 TWh sejak Januari hingga Juli 2021.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
Listrik/Ilustrasi
Listrik/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur mencatat konsumsi listrik mencapai 25,84 (Terra Watt hour) TWh sejak Januari hingga Agustus 2021 atau tumbuh 4,36 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Senior Manager Komunikasi dan Umum PLN UID Jawa Timur, A Rasyid Naja mengatakan, konsumsi listrik di sektor industri pertumbuhannya mencapai 14,09 persen.

Menurutnya, hal ini mengindikasikan sektor industri di Indonesia sudah mulai bangkit kembali. Begitu pun di sektor rumah tangga tumbuh sebesar 1,45 persen. "Pertumbuhan ini menandakan Jawa Timur mulai bangkit dari pandemi Covid-19, dan ekonomi sudah mulai berjalan," kata Rasyid di Surabaya, Kamis (9/9).

Berdasarkan data PLN, pertumbuhan konsumsi listrik sektor industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah baja sebesar 80,3 persen. Kemudian diikuti CPO sebesar 44,9 persen, mesin dan otomotif sebesar 19,2 persen, keramik dan kaca sebesar 17,4 persen, bumbu masak 16,7 persen, dan tekstil 12,6 persen.

"Untuk sektor bisnis hingga Agustus, memang belum terlalu tumbuh signifikan. Meski begitu, sektor bisnis seperti mall, pusat perbelanjaan hingga sektor pariwisata mulai menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik," ujar Rasyid.

Sementara secara nasional, PLN mencatat konsumsi listrik mencapai 146 TWh sejak Januari hingga Juli 2021, atau tumbuh 4,44 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi listrik juga terlihat dari meningkatnya beban puncak kelistrikan, khususnya pada sistem kelistrikan Jawa-Bali. 

Tercatat pada semester I 2021, beban puncak kelistrikan telah berada di atas 27 ribu megawatt (MW) dengan beban puncak tertinggi terjadi pada 8 Juni 2021 sebesar 27.335 MW. Sebelumnya pada 2020, beban puncak kelistrikan Jawa Bali hanya berada di angka 26 ribu MW. Untuk Jawa Timur Beban Puncak tertinggi yakni pada 8 Juni 2021 sebesar 5957 MW, sementara tahun lalu sebesar 5934 MW.

Untuk meningkatkan penjualan listrik, kata Rasyid, PLN akan fokus pada strategi mendorong permintaan yang akan ditempuh melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi. Strategi intensifikasi dilakukan PLN melalui bundling dan promo untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan.

Seperti promo tambah daya Super Merdeka Listrik yaitu pemberian harga spesial untuk Biaya Penyambungan (BP) pada Layanan Tambah Daya bagi Konsumen tegangan rendah 1 phasa daya 450 VA dan 900 VA di semua golongan tarif dengan pilihan daya akhir mulai daya 900 VA s.d. daya 5.500 VA, dengan hanya membayar sebesar Rp 202.100,-.

Strategi intensifikasi juga dilakukan melalui penerapan gaya hidup dengan menggunakan peralatan berbasis listrik dalam kehidupan sehari-hari atau electrifying lifestyle. Seperti mendorong ekosistem dan penggunaan satu juta kompor induksi serta kendaraan listrik berbasis baterai.

"Di samping itu, strategi ekstensifikasi ditempuh PLN dengan melihat ceruk pasar yang masih potensial seperti electrifying agriculture dan electrifying marine untuk sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement