Rabu 03 Nov 2021 16:23 WIB

Seluruh Wilayah Garut Memiliki Potensi Gerakan Tanah

Masyarakat di Kabupaten Garut harus mulai mewaspadai potensi gerakan tanah.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
Warga menunjukkan lapangan yang terdampak pergerakan tanah di Desa Girimukti, Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (8/2/2021). Pergerakan tanah tersebut mengakibatkan sejumlah bangunan seperti ruang kelas, bangunan kantor desa, sarana olahraga desa, beberapa rumah warga retak dan ambruk.
Foto: ANTARA/Candra Yanuasryah
Warga menunjukkan lapangan yang terdampak pergerakan tanah di Desa Girimukti, Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (8/2/2021). Pergerakan tanah tersebut mengakibatkan sejumlah bangunan seperti ruang kelas, bangunan kantor desa, sarana olahraga desa, beberapa rumah warga retak dan ambruk.

REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan peta prakiraan potensi gerakan tanah di wilayah Jawa Barat (Jabar) untuk November 2021. Dari peta itu, seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Garut memiliki potensi pergerakan tanah menengah-tinggi. 

Kepala Bidang Gerakan Tanah PVMBG, Agus Budianto mengatakan, wilayah Kabupaten Garut itu memang merupakan daerah pegunungan. Ia menyebutkan, wilayah yang memiliki topografi datar di Kabupaten Garut hanya di bagian tengah atau pusat kota. Sementara sisanya merupakan wilayah perbukitan atau pegunungan. 

"Pertama yang harus dipahami adalah semua wilayah itu memiliki potensi gerakan tanah. Namun, tingkatannya mengalami perubahan dari waktu ke waktu," kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (3/11).

Ia menjelaskan, berdasarkan hasil tumpang susun peta gerakan tanah atau kondisi geologi setempat, ditambah dengan prediksi curah hujan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ada peningkatan potensi gerakan tanah di Kabupaten Garut pada November di Kabupaten. Dari peta yang dikeluarkan PVMBG, mayoritas wilayah di Kabupaten Garut memiliki potensi kejadian gerakan tanah yang tinggi pada November 2021. 

Menurut dia, masyarakat di Kabupaten Garut harus mulai mewaspadai potensi gerakan tanah yang bisa menyebabkan bencana tanah longsor. Ia menyebutkan, titik-titik pergerakan tanah di masa lalu harus didata dan dilaporkan oleh masyarakat sekitar. 

"Itu prioritas yang harus diwaspadai. Ketika terjadi indikasi gerakan tanah, itu harus dilaporkan," kata dia. 

Selain itu, Agus menambahkan, masyarakat harus memahami indikator kejadian gerakan tanah. Sebab, gerakan tanah merupakan bencana yang bisa diprediksi. 

Menurut dia, indikator kejadian gerakan tahan adalah letak dan kondisi tebing di sekitar permukiman atau jalan. Ketika letak tebing itu berdekatan dengan permukiman dan jalan, serta kondisi terbing terbuka, air yang mengalir ketika hujan akan membawa material tanah di atasnya. 

Selanjutnya, masyarakat harus memastikan keberadaan alur air. Masyarakat juga mesti mengidentifikasi retakan tanah di sekitar jalur air itu. Ketika ada retakan, menurut Budi, probabilitas kejadian gerakan tanah akan tinggi. "Orang lokal pasti tahu itu," kata dia. 

Agus menyebutkan, gerakan tanah itu bukan bencana yang terjadi secara tiba-tiba. Pergerakan tanah juga dipicu oleh curah hujan. Karenanya, masyarakat harus memantau curah hujan di wilayahnya masing-masing. Sebab, hujan itu sifatnya lokal. 

"Ketika ada indikasi-indikasi itu, langsung buat laporan ke BPBD. Jadi deteksi itu dilakukan dari level masyarakat," ujar dia.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Satriabudi mengatakan, pihaknya juga sudah mulai siaga untuk menghadapi bencana hidrometerologi yang berpotensi terjadi saat musim hujan. BPBD juga telah berkoordinasi dengan TNI dan Polri, serta meminta seluruh kecamatan melakukan antisipasi untuk meminimalisir dampak bencana hidrometerologi. 

"Kita juga sudah melakukan pemetaan wilayah yang rawan bencana banjir dan longsor," kata dia.

Ia menjelaskan, wilayah selatan Kabupaten Garut adalah yang paling diwaspadai untuk bencana tanah longsor. Sebab, topografi di wilayah Garut selatan itu berbukit, mulai dari Kecamatan Banjarwangi, Singajaya, Pendeuy, Cibalong, Cisompet, Pameungpeuk, Cikelet, Mekarmukti, Cisewu, Talegong, Pakenjeng, Pamulihan, dan Bungbulang.

Sementara untuk bencana banjir, Satriabudi menilai, biasa terjadi di wilayah perkotaan dan di wilayah utara Garut. Khsusus untuk Kecamatan Pameungpeuk, terdapat juga potensi bencana banjir bandang. 

"Di Pemeungpeuk sedang dilakukan perbaikan saluran irigasi dan pembuatan TPT oleh BBWS Cimanuk Cisanggarung. Namun karena curah hujan tinggi, normalisasi itu sedikit terhambat," kata dia.

Kita saat ini sudah menetapkan status siaga bencana. Memang ubfuk peralatan kita masih terkendala. Tapi kita berkoordinasi dengan instansi lain. Jadi insyaallah bisa tercover.

Sebelumnya, Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengaku sudah menginstruksikan BPBD dan instansi terkait untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan. Masyarakat juga diimbau waspada dengan curah hujan tinggi. 

"Sebenarnya semua wilayah rawan. Namun yang biasanya terjadu di selatan. Di selatan, dari tahun ke tahun pasti ada kejadian. Mangkanya harus lebih waspada lagi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement