Selasa 05 Jul 2022 23:12 WIB

Menperin: Ketidakstabilan Geopolitik Ganggu Sektor Industri

Dinamika global yang mengganggu, memengaruhi pasokan bahan baku.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Pembangunan industri dinilai menjadi salah satu pilar dalam pembangunan perekonomian nasional, yang diarahkan dengan menerapkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Pembangunan industri dinilai menjadi salah satu pilar dalam pembangunan perekonomian nasional, yang diarahkan dengan menerapkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan industri dinilai menjadi salah satu pilar dalam pembangunan perekonomian nasional, yang diarahkan dengan menerapkan prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bertekad terus memacu produktivitas dan daya saing industri nasional. Salah satu upaya strategisnya yakni menjaga ketersediaan dan pasokan energi.

Baca Juga

"Tidak stabilnya kondisi geopolitik global yang dipicu oleh perang antara Rusia dan Ukraina membuat harga komoditas energi internasional saat ini mengalami kenaikan. Ini juga mengganggu situasi pasar," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Rapat Kerja Bersama Kemenperin dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), seperti dilansir dari keterangan resmi, Selasa (5/7/2022).

Menurutnya, kenaikan signifikan harga bahan bakar dan bahan baku dirasa sangat berat bagi aktivitas sejumlah sektor industri di Tanah air. Hal itu karena komposisi bahan baku menyumbang 87,25 persen dari total biaya produksi. Sedangkan, kontribusi bahan bakar, tenaga listrik, dan gas sebesar 5,87 persen.

"Dinamika global yang mengganggu, berpengaruh terhadap pasokan bahan baku dan pasar. Salah satu yang ingin kita kenalkan ke dunia yaitu strategi China+ 1. Dalam konteks industri, lesson learned dari pandemi adalah terganggunya supply chain dunia karena tergantung pada China. Dengan formulasi ini, kita meminta kepada seluruh multinational company agar selain ke China, juga dapat berinvestasi ke Indonesia," jelas dia.

Guna mendorong kinerjanya, sambungnya, sektor industri memerlukan dukungan pasokan energi yang berkesinambungan. Mengingat sektor industri menyerap hingga 40 persen dari total kebutuhan energi nasional atau terbesar setelah sektor transportasi.

Pada 2019, sektor industri mengonsumsi energi sebanyak 389,4 juta Setara Barel Minyak (SBM) dengan jenis energi berupa batubara, gas, dan listrik, selain minyak solar dan minyak bakar. "Dari total konsumsi energi tersebut, sebanyak 85 persen digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan 15 persen sisanya digunakan sebagai bahan baku produksi (feedstock)," kata Agus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement