Jumat 01 Jul 2022 10:54 WIB

China Kritik Pernyataan Selandia Baru

China disebut makin berani menantang peraturan dan norma internasional.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Kedutaan Besar China di Selandia Baru mengkritik pertanyaan Perdana Menteri Jacinda Ardern tentang China yang semakin berani menentang aturan dan norma internasional.
Foto: AP/Evan Vucci
Kedutaan Besar China di Selandia Baru mengkritik pertanyaan Perdana Menteri Jacinda Ardern tentang China yang semakin berani menentang aturan dan norma internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Kedutaan Besar China di Selandia Baru mengkritik pertanyaan Perdana Menteri Jacinda Ardern yang disampaikan di pertemuan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tentang perilaku keras China. Kedutaan mengatakan pernyataan itu "salah" dan "sesat."

"Kami telah mencatat pernyataan relevan yang disampaikan pihak Selandia Baru di sesi NATO yang mana termasuk sejumlah tuduhan sesat terhadap Cina," kata juru bicara kedutaan dalam pernyataan yang dirilis Kamis (30/6/2022) kemarin.

Baca Juga

"Tuduhan tersebut salah dan disayangkan, jelas pernyataan semacam itu tidak membantu memperdalam saling percaya antara dua negara," tambah juru bicara tersebut.

Di Madrid Ardern mengatakan dalam beberapa waktu terakhir China menjadi semakin keras dan bersedia untuk menantang peraturan dan norma internasional. Selandia Baru sangat tergantung pada perdagangan China. Karena itu Negeri Kiwi kerap menolak untuk mengkritik langsung Beijing.

Namun baru-baru ini nada Selandia Baru semakin keras baik tentang keamanan maupun semakin seringnya kehadiran Beijing di Pasifik Selatan. Setelah China membuat pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon.

Pernyataan Kedutaan juga mengacu komentar Ardern tentang upaya mengganggu dan merusak stabilitas Pasifik. Kedutaan mengatakan setiap ketegangan di Pasifik "tidak dapat disebabkan kerja sama China dengan mitra-mitra pulau untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan."

Kedutaan menegaskan kerja sama itu tidak ada hubungannya dengan militerisasi kawasan. "Bila militerisasi ada di Pasifik Selatan, sudah jelas siapa saja dan apa yang memicu ketegangan," tambahnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement