Kamis 30 Jun 2022 19:22 WIB

Program Mina Padi DD Berdayakan Masyarakat Sedayu Yogyakarta

Sebanyak 85 persen hasil panen padi ini disebut menjadi konsumsi petani itu sendiri.

Rep: zahrotul oktaviani/ Red: Hiru Muhammad
SPV Ekonomi Dompet Dhuafa Jogja, Nuryanto Harimurti, saat memberikan keterangan terkait Sentra Budidaya Mina Padi Sedayu, Bantul, Kamis (30/6).
Foto: Republika/Zahrotul Oktaviani
SPV Ekonomi Dompet Dhuafa Jogja, Nuryanto Harimurti, saat memberikan keterangan terkait Sentra Budidaya Mina Padi Sedayu, Bantul, Kamis (30/6).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa terus berupaya meningkatkan kesejahteraan dan memberdayakan umat Indonesia. Setidaknya ada tiga program yang saat ini sedang berjalan di Yogyakarta dan berhasil membantu masyarakat setempat.

Salah satu program yang berjalan di Polaman, Argorejo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta adalah Program Pertanian Sehat Indonesia (Mina Padi). Di wilayah ini setidaknya 33 petani telah merasakan manfaatnya.

Baca Juga

SPV Ekonomi Dompet Dhuafa Jogja, Nuryanto Harimurti, menyebut berjalannya program ini dimulai dengan pengenalan dan edukasi dari konsultan mina padi, Frans Hero Making. Setelahnya, Dompet Dhuafa hadir memberi bantuan modal dan konstruksi lahan mina padi, dengan membuat kolam dalam dan saluran keliling sawah. "Daerah Sedayu ini dipilih karena teknik mina padi membutuhkan air yang harus ada sepanjang tahun. Nah, daerah ini tersambung dengan selokan mataram yang airnya selalu mengalir," ujar dia di lokasi Sentra Budidaya Mina Padi Sedayu, Kamis (30/6/2022).

Dimulai sejak pertengahan 2021, program mina padi di Sedayu telah masuk empat kali masa tanam. Ikhtiar yang dijalankan DD adalah untuk mensejahterakan masyarakat, memikirkan bagaimana caranya agar petani tidak hanya mendapat hasil dari padi saja, tapi bisa beberapa produk sekali panen.

Dengan teknik ini, petani bisa memanen dua produk sekaligus, yaitu ikan dan beras. Ikan yang dibudidayakan pun beragam, bisa ikan nila, lele dan ikan mas. "Petani bisa panen dua produk, ikan dan beras. Kelebihan medua, irit dari semua hal, termasuk lahan dan produksi atau pupuk yang sekarang harganya mahal. Dengan mina padi, hal ini jadi irit bahkan ada yang tidak memerlukan pupuk," lanjutnya.

85 persen hasil panen padi ini disebut menjadi konsumsi petani itu sendiri. Sisa hasilnya ada juga yang digunakan sebagai produk zakat fitrah yang diprogram oleh DD.

Untuk hasil panen ikan, masyarakat bisa menjualnya di Pasar Ikan yang dibentuk oleh DD di lokasi yang sama maupun secara daring melalui grup yang ada. Sejauh ini, berdatangan pula permintaan untuk menyuplai stok restoran nasi padang / minang dan lalapan.

Cara ini juga dipercaya menurunkan biaya produksi, mengingat simbiosis mutualisme yang dibawa keduanya. Nuryanto menyebut kotoran ikan menjadi pupuk bagi padi, sementara kehadiran padi membawa bahan pakan untuk ikan, seperti plankton.

"Manfaat bagi petani banyak, hama tikus tidak akan masuk. Untuk hama namanya lingsang/regul, diminimalisir dengan jaring pengaman di sekitar sawah. Petani juga senang karena waktu kerja di sawah lebih irit, mereka tidak harus memberi pupuk atau membasmi rumput (matun)," kata dia.

Salah satu petani, Wagirun, menyebut kendala yang harus dihadapi saat awal program adalah keberadaan masyarakat yang mencari ikan yang mereka biakkan. Namun dengan adanya tanda dan jaring di sekitar sawah, serta edukasi, warga sekitar menjadi lebih memahami.

"Kalau dulu awal memang kendala banyak yang mancing. Tapi sekarang sudah banyak yang tahu. Warga sekitar juga melakukan mina padi dan tahu risikonya kalau dipancing orang," ujarnya.

Untuk hasil panen ikan, ia menyebut tergantung dari tebaran ikan. Jika awal digunakan 10 kg, dalam tiga bulan hasilnya bisa mencapai 70 kg dan omset sekali panen sekitar Rp 500 ribu.

Namun, ia menyebut dalam satu kali panen itu belum tentu semuanya terangkat dan bisa dipanen. Sehingga, proses panen bisa dilakukan lagi beberapa waktu setelahnya dari bibit yang sama.

Untuk penjualan, ia juga menyebut kebanyakan dilakukan di Pasar Ikan Mina maupun di grup Facebook yang dimiliki oleh Warga Sedayu Online (WSO). Dengan cara ini, ia menyebut masyarakat dan UMKM di sekitar bisa ikut terbantu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement