Kamis 30 Jun 2022 10:06 WIB

Manfaatkan Gas Rawa, Warga Desa Bantar Menghemat Subsidi Pemerintah

Pemprov mendukung penuh terhadap pemanfaatan sumber energi alternatif.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Warga menghidupkan kompor yang menggunakan bahan bakar gas alami yang dimanfaatkan sebagai bahan memasak pengganti gas, diharapkan dapat mengembangkan energi baru terbarukan secara mandiri di tingkat desa (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra
Warga menghidupkan kompor yang menggunakan bahan bakar gas alami yang dimanfaatkan sebagai bahan memasak pengganti gas, diharapkan dapat mengembangkan energi baru terbarukan secara mandiri di tingkat desa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Memanfaatkan gas Biogenic Shallow Gas (BSG) atau gas rawa, warga Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mampu berhemat hingga Rp 55.200.000 per tahun.

Nominal ini merupakan penghematan dari pembelian elpiji bersubsidi kebutuhan per kepala keluarga (KK) per bulan yang dihitung dari pemakaian rata-rata konsumsi energi tersebut.

"Jika menggunakan elpiji tabung 'melon' satu KK rata-rata bisa menghabiskan tiga tabung per bulan," ungkap Kepala Desa (Kades) Bantar, Eko Purwanto, di Desa Bantar, Rabu (29/6).

Dengan asumsi harga tiap tabung elpiji bersubsidi Rp 22 ribu per tabung, jelasnya, maka tiap KK harus membelanjakan Rp 66 ribu per bulan untuk energi kebutuhan rumah tangga mereka.

Namun dengan memanfaatkan gas rawa yang disalurkan untuk menggantikan elpiji subsidi, tiap KK hanya ditarik kewajiban Rp 20 ribu untuk pembelian pulsa listrik bagi kebutuhan separator.

Separator adalah suatu alat (tabung bertekanan) untuk memisahkan air dengan gas yang dan menjadi bagian terpenting dalam pemanfaatan gas rawa untuk energi pengganti elpiji subsidi ini.

Ia juga menjelaskan, keberadaan sumber gas rawa dangkal di desanya sebenarnya telah diketahui sejak 50 tahun silam. Namun baru dimanfaatkan untuk mensubstitusi elpiji sejak 2020 lalu.

Awalnya pemanfaatan sumber energi gas rawa dangkal ini dibantu pembangunan instalasi oleh Pemerintah Provinsi (Jawa Tengah) masih terbatas hanya untuk 25 KK saja.

Pada 2021, dapat tambahan lagi bantuan dari Pemprov Jateng melalui Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)  berupa pembangunan instalasi untuk 75 KK.

"Alhamdulillah, saat ini gas rawa dangkal ini sudah dimanfaatkan oleh 100 KK warga Desa Bantar untuk kebutuhan rumah tangga," tambahnya, saat menerima Tim Jelajah Energi 2022.

Kasi Energi Dinas ESDM Provinsi Jateng Cabang Serayu Tengah, Risdiyanto menambahkan, total anggaran untuk pemberdayaan gas rawa dangkal di Desa Bantar mencapai Rp 273 juta.

Rinciannya untuk pengeboran, pembuatan separator dan instalasi untuk 25 KK mencapai Rp 198 juta pada 2020 serta penambahan instalasi untuk 75 KK penerima manfaat senilai Rp 75 juta.

Secara teknis, pemanfaatan gas rawa ini juga cukup sederhana. Gas rawa dari sumbernya ditarik dengan menggunakan enam unit  kompresor menuju separator bertekanan maksimal hingga delapan bar.

Gas rawa dangkal yang sudah terpisah dengan air (di dalam separator) selanjutnya didorong ke rumah-rumah warga penerima manfaat melalui instalasi pipa paralon (PVC).

"Meski maksimal tekanan dari separator bisa mencapai delapan bar, untuk saat ini hanya dioptimalkan empat bar. Pertimbangannya menyesuaikan kemampuan pipa paralon," jelasnya.

Namun begitu, lanjut Risdiyanto, dengan tekanan empat bar sudah mampu menjangkau 100 rumah warga penerima manfaat gas rawa dangkal di Desa Bantar ini.

Saat ini Pemerintah Desa Bantar tengah menyiapkan tiga unit separator sebagai booster dengan memanfaatkan dana desa agar aliran gas rawa di rumah-rumah warga lebih stabil.

Sebab dengan tekanan empat bar ada beberapa lokasi rumah warga yang aliran gasnya tidak stabil, terutama pada saat pemakaian gas rawa ini berlangsung secara bersamaan oleh rumah tangga.

"Selain itu di desa ini juga masih ada empat titik sumber gas rawa dangkal lain yang bisa dimanfaatkan sebagai candangan maupun untuk memperluas cakupan penerima manfaat," tambahnya.

Sekretaris Dinas ESDM Provinsi Jateng, Boedyo Dharmawan menyampaikan, pemprov memberikan dukungan penuh terhadap pemanfaatan sumber energi alternatif.

Tak terkecuali pemanfaatan gas rawa dangkal di Desa Bantar guna mewujudkan kemandirian energi ini. Hal ini untuk mendorong transisi dari energi fosil menuju sumber energi baru terbarukan (EBT).

Sebab apa yang sudah dipraktikan ini mampu membawa warga benar- benar mandiri dalam bidang energi. Karena gas rawa dangkal yang dimanfaatkan ini mampu menggantikan penggunaan elpiji.

"Tidak hanya efisien dalam pengeluaran, artinya mereka bahkan juga telah ikut mengurangi beban subsidi yang diberikan pemerintah oleh penggunaan elpiji tiga kg," tandas Dharmawan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement