Rabu 29 Jun 2022 21:55 WIB

Polisi India Larang Pertemuan Publik untuk Hindari Konflik Agama

Polisi Rajasthan melarang pertemuan publik dan menangguhkan layanan internet.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Polisi di negara bagian Rajasthan, India melarang pertemuan publik dan menangguhkan layanan internet untuk mencegah konflik agama
Foto: EPA-EFE/FAROOQ KHAN
Polisi di negara bagian Rajasthan, India melarang pertemuan publik dan menangguhkan layanan internet untuk mencegah konflik agama

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Polisi di negara bagian Rajasthan, India melarang pertemuan publik dan menangguhkan layanan internet. Langkah ini diambil sehari setelah dua Muslim mengunggah video yang mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan seorang pria Hindu.

“Kami berada di bawah perintah ketat untuk mencegah segala bentuk protes atau demonstrasi yang dijadwalkan untuk mengutuk pembunuhan itu,” ujar perwira polisi senior Rajasthan, Hawa Singh Ghumaria, kepada Reuters, Rabu (29/6/2022).

Ghumari menambahkan, kejahatan itu telah mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh negeri. Ghumaria menggambarkan serangan berdarah terhadap seorang penjahit, Kanhaiya Lal di Kota Udaipur sebagai tindakan teror. Ghumaria mengatakan, dua tersangka sedang diinterogasi oleh penyelidik federal.

Dalam video yang beredar dua pria mengacungkan pisau daging sambil mengatakan bahwa mereka membalas penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Mereka juga menyinggung komentar kontroversial mantan juru bicara Partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP), Nupur Sharma, yang menghina Nabi Muhammad.

Seorang administrator kota di Udaipur, Bhawarlal Thoda, mengatakan, dua penyerang menyayat beberapa bagian tubuh Lal saat dia sedang melakukan pengukuran. Menurut Thoda, Lal telah ditahan atas unggahan yang mendukung pernyataan juru bicara BJP yang menghina Nabi Muhammad.

Lal kemudian dibebaskan. Pada 15 Juni, Lal melapor ke polisi bahwa dia menerima ancaman dari beberapa kelompok. Pihak berwenang telah menangguhkan layanan internet di beberapa bagian Rajasthan untuk mencegah peredaran video yang dibagikan oleh terdakwa.

"Kami mendesak orang-orang untuk berhenti membagikan video kejahatan keji yang dilakukan di Rajasthan dan mengakhiri ketegangan komunal yang meningkat," kata seorang pejabat senior BJP di New Delhi, yang berbicara dengan syarat anonim.

Dalam video lain yang diunggah di media sosial, salah satu penyerang mengancam Perdana Menteri Narendra Modi. India memiliki sejarah kekerasan agama yang mengerikan. Ribuan orang telah terbunuh sejak negara itu merdeka dari pemerintahan kolonial Inggris pada 1947. Sejak Modi berkuasa pada 2014, kekerasan terhadap Muslim meningkat di India.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement