Rabu 29 Jun 2022 05:15 WIB

Tujuh Fakta Soal Kebangkrutan Sri Lanka

Sri Lanka tidak bisa lagi membayar bunga utang dan utang jatuh tempo.

Foto: BBC/Aljazirah/Reuters
Sri Lanka bangkrut

REPUBLIKA.CO.ID, Sri Lanka telah bangkrut. Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan bahwa ekonomi negara itu benar-benar telah hancur. Berikut tujuh fakta terkait kondisi yang terjadi di Sri Lanka

1. Tak Bisa Bayar Utang

Total utang yang dimiliki oleh Sri Lanka mencapai 51 miliar dolar AS. Adapun utang jatuh tempo pada tahun ini lebih dari 7 miliar dolar AS.  Sri Lanka bahkan tidak bisa membayar bunga utang jatuh tempo senilai 78 juta dolar. Salah satu utang terbesar adalah ke China yang mencapai 6,5 miliar dolar AS.

2.  Cadangan Devisa Rontok

 

Jika pada 2019 cadangan devisa mencapai 7,6 miliar dolar AS, maka angkanya turun drastis menjadi 1,93 miliar dolar AS pada Maret 2020. Sementara baru-baru ini, pemerintah mengatakan cadangan devisa hanya di kisaran 50 juta dolar AS.

3.  Kesulitan Bahan Bakar

Warga sulit mendapatkan bahan bakar. Pemerintah tidak mampu membeli bahan bakar dari luar karena harga yang tinggi, sementara cadangan duit negara menipis. Kilang milik pemerintah CPC terpaksa ditutup pada Maret lalu karena krisis valuta asing. Pemerintah tidak bisa membiayai impor.

4. Mismanajemen Pembangunan

Salah satu penyebab membengkaknya utang adalah untuk pembangunan proyek infrastruktur yang sejatinya belum diperlukan. Di antara pembangunan mega infrastruktur tersebut yakni untuk membangun pelabuhan.

5.  Meliburkan Sekolah dan Kerja dari Rumah

Untuk menghemat energi, pemerintah terpaksa meliburkan sekolah dan belajar melalui daring. Pegawai nonesensial juga diminta untuk kerja dari rumah.

6. Minta Tolong IMF

Sri Lanka telah meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF). Tim IMF bahkan sudah berada di Sri Lanka dari 20 hingga 30 Juni 2022. Pemerintah Sri Lanka ingin meminta bantuan utang 4-5 miliar dolar AS.

7. Restrukturisasi Utang ke China

Pemerintah Sri Lanka melakukan negosiasi dengan China untuk merestrukturisasi utang-utang mereka yang sudah jatuh tempo.

sumber : BBC/Aljazirah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement