Senin 27 Jun 2022 15:53 WIB

Mahasiswa UMM Rancang 'Smart Pen' Deteksi Rekam Medis Pasien

Diharapkan, alat Smart Pen bisa direalisasikan dan digunakan di RS.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merancang smart pen medical record untuk mendeteksi rekam medis pasien.
Foto: Dok. Humas UMM
Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merancang smart pen medical record untuk mendeteksi rekam medis pasien.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi mulai masuk di berbagai sektor termasuk kesehatan. Melihat hal itu, kelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merancang smart pen medical record.

Rancangan yang tertuang dalam program kreativitas mahasiswa (PKM) ini akan memberikan akses data riwayat kesehatan pasien berbasis Internet of Things (IoT). Adapun PKM ini lolos dalam pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Republik Indonesia (RI).

Ketua tim, Anwar Syaddad menjelaskan, ide ini muncul dari keresahan saudaranya terkait perkembangan teknologi dan penanganan kesehatan di Indonesia. Sebagian besar layanan kesehatan yang ada masih dilakukan secara manual.

Berangkat dari keresahan itulah, tim mahasiswa UMM ini mulai merintis ide Smart Pen. m"Adapun ide ini mulai digarap dan didaftarkan sejak awal 2022," kata Anwar.

Menurut Anwar, Smart Pen memiliki sistem kerja mendeteksi rekam medis secara otomatis dengan fitur finger print. Hal ini berarti ketika pasien ingin memeriksa rekam medisnya, mereka hanya perlu scan sidik jari pada alat Smart Pen.

Secara otomatis rekam jejak kesehatan pasien terkait akan keluar sehingga prosesnya tidak memerlukan waktu yang lama seperti sistem konvensional saat ini. Mahasiswa Teknik Elektro ini menjelaskan, ada fitur tambahan yang menarik yaitu fitur pendeteksi oxymetri.

Fitur tambahan ini berguna untuk menambahkan dan mengetahui data saturasi oksigen pada tubuh. Selain bisa digunakan untuk mengecek rekam medis, juga sekaligus dapat mengetahui kondisi oksigen pasien.

Selama pengerjaan, salah satu kendala yang mereka hadapi adalah akses template rekam medis. Itu tidak lepas dari aksesnya yang kini masih bersifat sangat privasi. Sebab itu, ia dan tim yang mendesain cukup kebingungan.

Selama mengerjakan, Anwar tidak merancangnya sendiri. Ia ditemani oleh Nahiva Nur Allyza (Kedokteran), Muhammad Akbarul Rahmadani (Kedokteran), Dinda Putri Savira (Ilmu Keperawatan), dan Janu Dea Siska (Manajemen) yang tergabung dalam satu tim.

Ia berharap, alat Smart Pen bisa direalisasikan dan digunakan di RS. Dengan begitu, proses rekam medis yang biasanya memakan waktu lama dapat dipersingkat. “Harapan besarnya, alat yang masih dalma proses perancangan ini bisa diimplementasikan dalam layanan yang ada di instansi kesehatan,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement