Sabtu 25 Jun 2022 07:05 WIB

Ikhtiar Pedagang Ternak Sambut Momen Idul Adha

Pedagang berupaya menjaga kondisi ternak agar siap untuk dijual.

Rep: Bayu Adji P, Dea Alvi Soraya/ Red: Irfan Fitrat
Pegawai memberi makan sapi di lapak penjualan hewan kurban Jalan Letnan Harun, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Kamis (23/6/2022). Sejumlah lapak di daerah itu menerapkan aturan lebih ketat selama terjadi wabah PMK. 
Foto: Republika/Bayu Adji
Pegawai memberi makan sapi di lapak penjualan hewan kurban Jalan Letnan Harun, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Kamis (23/6/2022). Sejumlah lapak di daerah itu menerapkan aturan lebih ketat selama terjadi wabah PMK. 

REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah merebaknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK), sejumlah warga di wilayah Jawa Barat tetap berikhtiar menjual hewan ternak untuk kebutuhan kurban. Pedagang berharap berkah dari momentum Idul Adha.

Beberapa pedagang berupaya menjaga kondisi ternak yang akan dijualnya agar tetap fit. Seperti dilakukan Ade Memet (60 tahun), pedagang yang membuka lapak di kawasan Cisumur, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Ia mengaku rutin memberikan ramuan tradisional untuk sapi-sapinya. “Sapi di sini saya kasih makan telur bebek, madu, dan larutan. Itu diberikan, meski sapi terlihat sehat. Sehari dua butir (telur), biar daya tahan sapi ini kuat,” ujar dia, Kamis (23/6/2022).

Ade juga berupaya menjaga lapak ternak tetap dalam kondisi apik, serta meminimalkan potensi penularan penyakit pada ternak. “Kalau ada yang datang, saya tanya dulu, takut dari kandang (ternak) lain bawa penyakit,” ujar pedagang yang menawarkan ternak asal Tasikmalaya itu.

Di lapak penjualan ternak kawasan Jalan Letnan Harun, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, sebuah spanduk dipasang, yang isinya menginformasikan kepada para calon pembeli agar tidak memegang hewan. Pedagang di lapak tersebut, Asep Hudaya (40), mengatakan, hal itu merupakan upaya pencegahan penularan penyakit. Apalagi virus PMK dapat menyebar pada hewan melalui perantara manusia. “Jadi, kami batasi,” kata dia, saat ditemui Republika, Kamis.

Asep berharap kondisi ternakya terus terjaga dengan baik, sehingga bisa terjual. Sejauh ini, dari 50 sapi yang disediakannya, disebut sudah 40 ekor terjual. Meski demikian, jumlahnya belum mencapai penjualan pada momen Idul Adha tahun lalu, sebanyak 80 ekor. “Saya belum bisa memastikan penjualan tahun ini meningkat atau menurun. Itu baru bisa ditentukan pada pekan terakhir (menjelang hari Idul Adha) karena biasanya pembeli itu datang pada pekan terakhir,” ujarnya.

Meskipun di tengah persoalan PMK, Asep mengaku optimistis penjualan ternak akan tetap tinggi. Ia menilai, kondisi ekonomi masyarakat mulai kembali pulih, sehingga diharapkan keinginan untuk berkurban meningkat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah mengeluarkan fatwa terkait pelaksanaan ibadah kurban saat kondisi wabah PMK. Salah satu poinnya, ternak yang terkena PMK dengan gejala klinis kategori ringan, hukumnya sah dijadikan untuk kurban.

Di lapaknya, Asep menawarkan sapi dari luar Jawa Barat (Jabar) yang sudah menjalani penggemukan di Salopa, Kabupaten Tasikmalaya. Ia mengaku belum berani lagi mendatangkan ternak dari luar Jabar, khususnya dari Jawa Tengah (Jateng) atau Jawa Timur (Jatim), yang masih marak kasus PMK. “Mendingan cari aman. Alhamdulillah, stok sapi di rekanan di Salopa itu banyak, jadi tak kekurangan,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement