Sabtu 11 Jun 2022 22:52 WIB

M Nuh Ungkap Fenomema Kampus 'Stunting' di Indonesia

Kampus 'stunting' berada di tengah dari tiga jenis kampus di Indonesia.

Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Indonesia kini memiliki lebih dari 4.500 perguruan tinggi. Sayangnya, belum semua kampus tersebut memiliki kualitas yang baik dan pendaftar yang mencukupi.

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan, Prof Mohammad Nuh menyebut sejumlah kampus tersebut sebagai kampus 'stunting' (kerdil). Hal itu disampaikannya dalam Webinar SEVIMA yang dihadiri lebih dari 9.000 rektor dan dosen se-Indonesia. Nuh mengajak kampus terus meningkatkan kualitas dan jumlah mahasiswanya.

Baca Juga

"Jangan sampai kampus 'hidup enggan mati pun tak mau’. Karena, masyarakat Indonesia yang butuh berkuliah jumlahnya juga tak sedikit," kata Nuh dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id pada Sabtu (11/6/2022).

Nuh mengungkapkan, ada tiga jenis kampus. Pertama, kampus yang baru didirikan langsung bertemu ajalnya. Kedua, kampus 'stunting' yang hidup enggan mati tak mau. Ketiga, kampus yang berkembang.

"Tentu kita ingin kampus di Indonesia berkembang dan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan jadi kampus 'stunting', atau biasa orang jawa bilang kuntet," kata Nuh.

Nuh juga menyinggung mengenai belum banyaknya masyarakat Indonesia yang punya peluang mengeyam bangku pendidikan tinggi. "Karena Angka Partisipasi Kasar (jumlah anak Indonesia yang berkuliah) baru 30 persen, berarti masih jutaan masyarakat belum berkesempatan kuliah," ujar Nuh.

Product Manager SEVIMA Pranatha, juga mengajak perguruan tinggi memberikan sebuah pelayanan terbaik kepada mahasiswa dan masyarakat. Sehingga dapat membuat citra yang positif bagi perguruan tinggi.

"Salah satu layanan tersebut adalah menyederhanakan administrasi pendaftaran mahasiswa dengan pelayanan One Day Service (layanan satu hari)," kata Pranatha.

Pranatha menerangkan, sistem Akademik berbasis awan (Siakadcloud) yang tersedia di internet sudah memungkinkan kampus menggelar seluruh administrasi pendaftaran mahasiswa hanya dalam waktu satu hari. Misalnya, pengisian formulir pendaftaran secara online, ujian masuk berbasis komputer, seleksi wawancara melalui video conference, hingga pengumuman secara online.

"Intinya, masyarakat dibuat semudah mungkin untuk memperoleh layanan dari kampus. Baik itu sistem akademik dan pendaftaran mahasiswa baru yang cepat, mudah, dan efisien," kata dia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement