Kamis 09 Jun 2022 18:05 WIB

Literasi Harus Menjadi Budaya Kalau Ingin Menjadi Bangsa yang Maju

Bangsa yang maju adalah bangsa yang menjunjung tinggi budaya literasi.

Rep: rilis/ Red: Muhammad Subarkah
Remaja tengah membaca buku. (ilustrasi).
Foto: Rumah Zakat
Remaja tengah membaca buku. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rektor Universitas YARSI,  Prof. Fasli Jalal, P.hD, mengatakan budaya literasi harus menjadi budaya bangsa. Hal ini karena bangsa yang maju adalah bangsa yang menjunjung tinggi budaya literasi. 

"Budaya literasi harus menjadi budaya bangsa. Karena bangsa yang maju adalah bangsa yang menjunjung tinggi budaya literasi. YARSI berkomitmen dan memberi dukungan penuh terhadap program untuk memajukan budaya literasi,'' kata Fasli Jalal, dalam diskusi webinar bertajuk '“Literasi dan Pop Culture” yang diselenggarakan pada Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas YARSI, Kamis, (9 Juni 2022)

Dalam seminar yang digelar dengan bekerja sama dengan ATPUSI (Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia) itu ikut memberi materi Ahmad Fuadi (Penulis dan Novelis Trilogi Novel Negeri 5 Menara), Muhammad Ihsanudin (Ketua Umum ATPUSI), dan  Maryani Koswara (Kepala Perpustakaan Sekolah Victory Plus Bekasi).

Pada paparannya, novelis A. Fuad,  menyampaikancperlunya penerapan literasi di sekolah menjadi bagian dari  pop culture siswa-siswi di Indonesia. Musik, film, pameran buku, merupakan turunan dari bahan bacaan yang ada. Peran pustakawan diperlukan untuk turut berinovasi menyusun program perpustakaan sekolah yang dapat merangkul remaja agar semakin dekat dengan budaya literasi.

''Pustakawan berperan dengan menyelenggarakan kegiatan yang menyenangkan sebagian bagian dari pop culture.  Selain itu pustawakan dapat memanfatkan media yang aman dan nyaman  dalam mempengaruhi dan meningkatkan budaya literasi di kalangan remaja.

Ketau Umum ATPUSI, juga menambahkan agar tidak memusuhi atau anti terhadap budaya luar seperti (K-Pop, dan lainnya.). Namun, justru perlu mempelajari strategi dan cara budaya luar bisa mempengaruhi pop culture remaja di berbagai bidang. Sehingga ke depan identitas nasional dan budaya literasi yang sudah menjadi pop culture dapat semakin tertanam di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya para remaja.

"Selain itu, guru dan pustakawan diharapkan mampu mengembangkan hasil bacaan (literasi) dalam membuat karya-karya menarik, seperti musik, film, dan lainnya,'' ujarnya,

Sedangkan pustawakan Maryani menegaskan bila para pustakawan sekolah memang dapat  memilihkan  buku bacaan dan  tentang buku-buku literasi yang bermutu dan menyenangkan bagi kalangan siswa sekolah yang masih merupakan remaja. Pustakawan juga diharapkan semakin memahami jenis-jenis bahan bacaan milineal, kekinian dengan berbagai bentuk media.

"Sehingga dengan koleksi yang beragam, lengkap dan diminati para pemustaka, pustakawan dapat lebih kreatif menyusun program literasi sebagai bagian dari pop culture. Maka kolaborasi antara pustakawan dengan guru kelas, dan bahkan orang tua, kini menjadi semakin penting,'' kata Maryani Koswara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement