Selasa 07 Jun 2022 17:35 WIB

Daker Madinah Antisipasi Pembatasan Raudhah

Banyak jamaah yang sudah berhasil memasuki raudhah

Rep: A Syalaby Icshan/ Red: Agung Sasongko
Raudah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Yogi Ardhi/ca
Raudah di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Pihak Arab Saudi mulai memberlakukan pembatasan bagi jamaah yang hendak berdoa di Raudhah, Masjid Nabawi, Madinah. Para jamaah atau kantor misi haji diharuskan mendaftar terlebih dahulu lewat aplikasi eatmarna atau e-haj yang ada di playstore.

Kepala Daker Madinah PPIH Arab Saudi Amin Handoyo menjelaskan, pihaknya sudah mengantisipasi pemberlakuan kebijakan dari Saudi tersebut. Amin mengungkapkan, ada dua cara jamaah haji untuk masuk ke dalam Raudhah. Pertama, jamaah secara individu bisa mendaftar melalui aplikasi eatmarna lewat playstore. Lewat aplikasi ini, jamaah akan mendapatkan jadwal masuk ke Raudhah selama setengah jam. Jadwal yang ditentukan berbeda antara lelaki dengan perempuan.

Baca Juga

Untuk e-haj, dia menjelaskan, pendaftaran dilakukan oleh kantor misi haji setempat lewat aplikasi e-haj. Sistem ini juga membedakan jadwal antara jamaah pria dan wanita. Jika jamaah pria melalui pintu 37 Bilal bin Rabah maka jamaah wanita harus melalui pintu 24 atau Utsman bin Affan. Lama berkunjung bagi jamaah yang mendaftar lewat e-haj pun lebih lama yakni sekitar satu jam.

Untuk sistem e-haj, Amin menjelaskan memang dibuat per rombongan. Setiap rombongan berisi 50 jamaah yang masuk dalam satu manifest. Setiap jamaah akan mendapatkan print out berupa surat tasrekh yang menerangkan tanggal dan jam kunjungan ke Raudhah.

"Kita meneruskan hasil input ke sektor dari sektor ke kloter lalu ke rombongan diteruskan ke regu dan baru ke jamaah,"jelas dia di kantor Daker Madinah, Madinah, Arab Saudi, Selasa (7/6/2022).

Amin menjelaskan, manifest tersebut diberikan kepada setiap sektor pada Senin (6/6) malam. Pihak sektor kemudian mendistribusikannya kepada masing-masing kloter yang diteruskan ke tiap regu untuk sampai kepada jamaah. Menurut Amin, hasil manifest tersebut merupakan bentuk kordinasi dari pihak Muassasah Adilla setempat yang sudah memasukkan data dan mendistribusikannya kepada setiap kantor misi haji.

Beberapa jamaah yang ditemui Republika bersama tim MCH mengaku sudah berhasil masuk ke Raudhah meski tanpa harus menunjukkan aplikasi atau manifest dari misi haji. Rata-rata mereka berasal dari jamaah kloter awal yang diberangkatkan sejak 4 Juni lalu.

Jamaah asal Pati, Jawa Tengah, Sutrisno, mengaku sudah dua kali Raudhah. Jamaah yang berasal dari Kloter SOC 1 tersebut menyambangi tempat dimana diijabahnya doa-doa itu selepas Sholat Zuhur dan Ashar. Meski demikian, Sutrisno mengaku tak bisa lagi masuk ke Raudhah karena kerap ditutup.

Jamaah lainnya asal Tuban, Jawa Timur, Mohammad Abdul Aziz juga mengaku sudah sempat ke Raudhah. Hanya saja, jamaah dari kloter SUB 1 itu belum bisa kembali lagi kesana. Dia mengaku masih belum bisa mengunduh aplikasi untuk ditunjukkan kepada Askar setempat.

"Tadi waktu mengantre diminta untuk menunjukkan aplikasi. Saya belum ada,"jelas dia.

Jamaah dari Tuban lainnya, Said, mengaku mengalami hal berbeda. Dia justru bisa sholat setiap waktu di Raudhah. Said mengungkapkan, dia bisa masuk meski tidak menunjukkan aplikasi eatmarna atau membawa manifest dari kantor misi haji. Said yang pemondokannya hanya berjarak sekitar 100 meter dari Masjid Nabawi itu mengungkapkan, sudah berangkat ke masjid sejak pukul dua dini hari.

"Saya tiap shalat Alhamdulillah bisa ke Raudhah meski memang terbatas,"jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement