Ahad 05 Jun 2022 20:16 WIB

Sekolah Setu: Masyarakat dan Komunitas Kolaborasi Aksi Bersih-Bersih Setu Citongtut

Para peserta aksi memilah sampah dan dilanjutkan dengan sharing.

Sekolah Setu di Setu Citongtut sekaligus aksi bebersih dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Ahad (5/6/2022).
Foto: istimewa
Sekolah Setu di Setu Citongtut sekaligus aksi bebersih dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Ahad (5/6/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dyan, dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor memberikan apresiasi atas aksi lingkungan bersih-bersih setu yang dilakukan oleh aliansi dari pelbagai komunitas bersama akademisi IPB. 

Hal ini disampaikan oleh Dyan saat mengikuti Sekolah Setu di Setu Citongtut sekaligus aksi bebersih dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Ahad (5/6/2022). 

Baca Juga

“Bebersih ini adalah Langkah kecil tapi sangat berdampak bagi kelestarian setu kita", ujar Dyan di tengah-tengah kegiatan Sekolah Setu dalam keterangan persnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Zaenal Abidin, Wakil Dekan FMIPA IPB. Menurutnya ini aksi yang keren, tidak hanya Setunya saja yang bersih, tetapi ada ruang sharing ilmu dari masyarakat ke akademisi, dan sebaliknya.

"Kita bisa saling menguatkan dari aksi yang telah dilakukan, kehadiran kami akademisi ini menjadi titik awal untuk keberlanjutan Tridharma perguruan tinggi salah satunya pengabdian kepada masyarakat” ujar Wakil Dekan yang juga merupakan ahli kimia mineralogi.

Bertepatan dengan hari lingkungan hidup ini, aliansi dari berbagai kelompok masyarakat diantaranya adalah Bank Sampah Resik Desa Cicadas, Gerakan Pungut Sampah, Karang Taruna Desa Cicadas, Nastari, FMIPA IPB dan AQUA mengajak setiap pihak untuk bersama-sama bergiat memungut sampah yang ada di setu. 

Fasilitator lapangan Sekolah Setu, Nevky Emiraj, dalam kesempatan ini juga berujar “Sekolah Setu ini merupakan suatu model kolaboratif dari berbagai pihak untuk saling berbagi ilmu dan saling bergerak untuk mengelola setu lebih berkelanjutan”. 

Di momen ini, Setelah memungut, peserta aksi melakukan pilah sampah dan dilanjutkan dengan sharing pengetahuan dari masyarakat kepada akademisi lalu sebaliknya. Memilah sampah menjadi tahapan yang lebih advance untuk mengelola lingkungan setu bebas dari cemaran dan sampah. 

Danar, Ketua Bank Sampah Resik menyatakan “memilah sampah ini adalah Langkah lanjutan agar sampah yang ada disekitar ini menjadi berkah. Pemilahan sampah yang tepat sesuai jenis dan karakteristiknya mampu meningkatkan nilai ekonomi yang akan didapatkan ketimbang jika asal menimbang dan menjual tanpa mengelompokkan. Contoh sampah gelas plastik, gelas plastik bening harganya lebih tinggi Rp.4000 per kg sedangkan gelas plastik warna hanya Rp.2500 per kg”

Wawan Ramdani, selaku masyarakat asli Desa Cicadas juga menyatakan bahwa menjaga setu Citongtut adalah sesuatu keniscayaan yang harus dilakukan. Ia juga menyerukan kepada industri disekitar Gunung Putri untuk ikut serta menjaga Lingkungan. 

“dari setu Citongtut ini kita mulai, kita jaga, janganlah ada sampah atau limbah-limbah lagi dari pabrik masuk ke setu” ujar Wawan.

 “ Namun yang penting saat ini bukan saling menyalahkan, gerakan beberesih yang dilakukan hari ini menjadi aksi konkret kita untuk membangun kesadaran yang dibarengi dengan aksi nyata. Semoga aksi sekolah setu tidak berhenti hanya melibatkan masyarakat sekitar Setu, namun juga merangkul industri untuk bergerak bersama.” tegas Wawan dalam sesi sharing Sekolah Setu.

"Mewujudkannya kelestarian Setu, itu sangat sejalan dengan visi kami. Kehadiran para pihak yang hadir hari ini sudah lengkap, mari kita bersama kolaborasi menggodok ide antara masyarakat, akademisi, pemerintah, masyarakat sipil, dan industri," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement