Rabu 01 Jun 2022 11:15 WIB

AS Tetap Berkomitmen Buka Kembali Konsulat di Yerusalem

Biden berjanji untuk membuka kembali konsulat di Yerusalem meski tak disebut waktunya

 Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden tetap berkomitmen untuk membuka kembali kantor konsulat Amerika Serikat di Yerusalem
Foto: AP/Andrew Harnik/AP Pool
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden tetap berkomitmen untuk membuka kembali kantor konsulat Amerika Serikat di Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden Joe Biden tetap berkomitmen untuk membuka kembali kantor konsulat Amerika Serikat di Yerusalem, dan membahas lebih lanjut rencana tersebut dengan Israel dan Palestina.

"Ada sejumlah langkah yang harus dilakukan untuk membuka kembali fasilitas diplomatik mana pun. Seperti yang Anda ketahui, ada beberapa yang harus kami katakan sensitivitas unik terhadap fasilitas khusus ini," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price, Selasa (31/5/2022).

Mantan presiden Donald Trump memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem pada 2018 dan menutup fasilitas terpisah di kota yang berfungsi sebagai konsulat untuk Palestina. Presiden Joe Biden, yang mengalahkan Trump pada 2020, berjanji untuk membukanya kembali, tetapi tidak menetapkan waktu pastinya.

Israel secara terbuka menentang rencana tersebut dan menyarankan bahwa misi semacam itu harus dilakukan di luar Yerusalem di Tepi Barat yang diduduki.

"Kami sedang mengerjakan isu ini dengan mitra Palestina dan Israel kami," ujar Price.

The Times of Israel, mengutip pejabat AS dan Palestina yang tidak disebutkan namanya, melaporkan bahwa sebagai pengganti pembukaan kembali fasilitas, Washington berencana untuk menunjuk diplomat tinggi Departemen Luar Negeri saat ini untuk wilayah tersebut, Hady Amr, sebagai utusan khusus untuk Palestina.

Menanggapi laporan tersebut, Price mengatakan dia tidak memiliki informasi apa pun untuk diumumkan.

sumber : Antara / Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement