Rabu 01 Jun 2022 09:54 WIB

Mengapa Orang Menangis Saat Nonton Film? Ini Penjelasan Ahli Saraf

Menonton film dapat menyebabkan pelepasan oksitosin.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Penyebab seseorang menangis ketika menonton film menurut ahli saraf. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Penyebab seseorang menangis ketika menonton film menurut ahli saraf. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang menangis saat menonton film yang memiliki cerita menyentuh. Ada yang matanya hanya berkaca-kaca, ada juga yang menangis tersedu-sedu. Jika itu terjadi, tak perlu malu, karena menurut pakar, hal tersebut bisa jadi tanda kekuatan emosional.

Film yang bagus dibuat dengan cermat untuk melibatkan penonton dalam cerita. Alur cerita itu membawa pemirsa terhanyut. Penonton bisa melihat peristiwa seperti yang dilihat para tokoh, merasakan seperti yang mereka rasakan, bahkan membuat penonton menganggap dirinya tokoh tertentu.

Baca Juga

Penonton tahu film tidak nyata, tetapi plot yang baik dapat memicu audiens bereaksi secara emosional seolah-olah itu nyata. Memang ada juga film yang didasarkan pada kisah nyata, membuat dampak emosionalnya semakin kuat. Ahli saraf Paul Zak mempelajari efek dari cerita film yang menarik.

Menurut Zak, menonton film demikian dapat menyebabkan pelepasan oksitosin. Hormon "cinta" itu terkenal karena perannya dalam persalinan dan menyusui, meningkatkan kontraksi selama persalinan dan merangsang saluran susu. Oksitosin juga dilepaskan sebagai respons terhadap kontak fisik yang positif (pelukan, ciuman, keintiman seksual, atau membelai hewan peliharaan).

Ahli saraf lain, Robert Froemke, mengutip penelitian terbaru yang menunjukkan oksitosin memiliki dampak yang lebih luas dan bertindak sebagai pengatur volume otak serta memperkuat aktivitas otak yang terkait dengan apa pun yang dialami seseorang, termasuk respons emosional. Menangis saat menonton film adalah tanda bahwa oksitosin telah dipicu oleh koneksi yang dirasakan seseorang karena merasa terwakili dan berdasarkan pengalaman sosial yang selama ini dilalui. Oksitosin kemudian dikaitkan dengan perasaan empati dan kasih sayang yang meningkat.

Hal itu semakin mengintensifkan perasaan keterhubungan sosial. Penonton akan lebih memperhatikan isyarat sosial dari karakter dalam film dan terjadilah curahan emosi. Menangis ketika menyimak film pun dikaitkan dengan empati, komponen kunci dari kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengatur emosi diri sendiri serta memahami emosi orang lain. Menurut psikolog Daniel Goleman, empati merupakan salah satu dari lima karakteristik kunci kecerdasan emosional, selain kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, dan keterampilan sosial.

Tingginya kecerdasan emosional telah terbukti berkaitan dengan kepemimpinan yang efektif, kesuksesan profesional, dan prestasi akademik. Orang yang cerdas secara emosional cenderung memiliki hubungan sosial dan koneksi intim yang lebih baik, sehat dan sejahtera secara psikologis dan fisik, juga relatif bisa mengatasi stres dan konflik yang dihadapi.

"Menangis dalam menanggapi film mengungkapkan empati yang tinggi, kesadaran sosial, dan koneksi, semua aspek kecerdasan emosional. Dengan demikian, ini merupakan indikator kekuatan pribadi alih-alih kelemahan," kata Goleman, dikutip dari laman The Conversation, Rabu (1/6/2022).

Selain itu, menangis secara terbuka merupakan tanda "kekuatan" karena menunjukkan bahwa seseorang tidak takut untuk menunjukkan reaksi emosionalnya kepada orang lain. Banyak yang menganggap menangis sebagai tanda kelemahan lantaran ekspresi itu dipandang sebagai perilaku stereotip perempuan, yang sesungguhnya tidak benar. Faktanya, menunjukkan ekspresi emosional bukan kelemahan, justru sebuah perilaku manusiawi yang unik.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement