Senin 30 May 2022 15:45 WIB

BPIP Gelar Pembekalan Penguatan Ideologi Pancasila untuk Penyelenggara Negara di Ende

Pembekalan BPIP ini untuk menyambut Peringatan Hari Lahir Pancasila di Ende.

Para peserta pembekalan penguatan ideologi Pancasila yang diselenggarakan BPIP untuk penyelenggara negara di Ende, Senin (30/5/2022).
Foto: Muhammad Hafil/Republika
Para peserta pembekalan penguatan ideologi Pancasila yang diselenggarakan BPIP untuk penyelenggara negara di Ende, Senin (30/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Senin (30/5/2022), memberikan pembekalan penguatan pembinaan ideologi Pancasila untuk para camat, kepala desa/lurah, dan tokoh agama. Selain menyemarakkan Peringatan Hari Lahir Pancasila, kegiatan itu untuk membumikan Pancasila hingga ke desa/kelurahan.

Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan BPIP Dr Baby Siti Salamah, mengatakan, salah satu tugas BPIP adalah melaksanaan pendidikan dan pelatihan ideologi Pancasila. Sasarannya yakni ke lembaga tinggi negara, kementerian, pemerintah daerah, organisasi masyarakat, dan komponen masyarakat lainnya.

Baca Juga

"Selain itu BPIP juga mengembangkan modul dan bahan ajar, memfasilitasi tenaga pengajar, pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila," kata Baby saat menyampaikan laporan panitia mengenai kegiatan ini yang dilaksanakan di Aula Kantor Bupati Ende.

"Kegiatan pembinaan ini juga diselenggarakan untuk mendukung Peringatan Hari Pancasila 1 Juni 2022 mendatang," kata Baby.

Wakil Kepala BPIP Prof Hariyono dalam sambutannya mengatakan,  hakikat Pancasila adalah perjuangan merawat nilai-nilai.

"Pancasila adalah nilai-nilai yang harus dirawat. Anak seorang romo bisa menjadi anak yang tidak baik jika tidak merawat nilai-nilai," kata Hariyono.

Karena itu, Hariyono menjelaskan mengapa pada pembekalan Pancasila ini yang diundang adalah para camat, lurah, dan kades. Menurutnya, Pancasila adalah sebagai dasar negara yang konsekuensinya setiap penyelenggara negara harus lebih Pancasilais.

"Jangan suruh rakyatnya Pancasilais, tapi penyelenggara negaranya tak Pancasilais, ini membuat rakyat tak punya keteladanan yang bisa ditiru," kata Hariyono.

 

Karena itu, Hariyono mengatakan, agar para peserta pembekalan ideologi Pancasila ini bisa memanfaatkan nilai-nilai Pancasila dalam membuat peraturan dan kebijakan. Sehingga, rakyat bisa merasakan keadilan.

photo
Wakil Kepala BPIP Prof Hariyono saat mengisi pembekalan penguatan ideologi Pancasila di Ende - (Dok Republika)

Selain itu, Hariyono mengatakan bahwa penguatan ideologi ini juga penting. Dia menjelaskan bahwa ancaman bagi Indonesia bukan hanya ancaman fisik dari negara lain.

Tetapi, rakyat bisa diadu domba melalui perkembangan informasi dan teknologi. Jika rakyat sudah diadu domba, maka  TNI/Polri pun akan sulti mengatasi.

"Saya harap masyarakat Ende tak pernah ada masalah. Jangan ada yang membuat sekat-sekat dalam kehidupan," kata Hariyono.

Sedangkan Sekretaris Dewan Pengarah BPIP Mayjen (Purn) Wisnu Bawa Tenaya  yang juga menjadi pengisi pada pembekalan itu, menggambarkan soal perjuangan bangsa Indonesia. Yakni, cita-cita nasional Indonesia  yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

"Tujuan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia," kata Wisnu.

 

Wisnu mengingatkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Maka, harus dimanajamen dengan baik.

"Kalau tidak dijaga bisa bubar karena adanya potensi konflik yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa," kata Wisnu.

Selain dihadiri oleh para pimpinan BPIP, acara pembekalan ini juga dihadiri oleh Bupati Ende Djafar Achmad. Adapun pesertanya lebih dari 100 orang yang terdiri dari unsur camat, lurah/kepala daerah, dan tokoh kerukunan umat beragama.

Camat Wolojita, Adrianus Yosafat Muda menilai pembekalan ini materinya sangat menarik. Terutama, yang terkait soal ancaman dari luar yang bukan hanya dari fisik.

"Kita juga kadang khawatir dengan pesatnya informasi di media sosial, kalau tak kita bentengi dengan nilai-nilai Pancasila bisa bahaya," katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement