Rabu 25 May 2022 09:19 WIB

Ilmuwan Prediksi India dan Pakistan Dihajar Gelombang yang Lebih Panas

Gelombang panas kemungkinan akan terulang kembali setiap tiga tahun.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Seorang pria menyiramkan air ke wajahnya saat musim panas di Hyderabad, India, Sabtu, 14 Mei 2022. Ilmuwan Prediksi India dan Pakistan Dihajar Gelombang yang Lebih Panas
Foto: AP Photo/Mahesh Kumar A
Seorang pria menyiramkan air ke wajahnya saat musim panas di Hyderabad, India, Sabtu, 14 Mei 2022. Ilmuwan Prediksi India dan Pakistan Dihajar Gelombang yang Lebih Panas

IHRAM.CO.ID, NEW DELHI -- Gelombang panas dahsyat yang telah membakar India dan Pakistan dalam beberapa bulan terakhir lebih mungkin disebabkan oleh perubahan iklim dan merupakan gambaran sekilas tentang masa depan kawasan itu. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh para ilmuwan internasional dalam sebuah penelitian yang dirilis Senin (23/5/2022).

Kelompok Atribusi Cuaca Dunia menganalisis data cuaca historis yang menunjukkan gelombang panas panjang dan awal yang berdampak pada wilayah geografis yang luas jarang terjadi, peristiwa sekali dalam satu abad. Tetapi tingkat pemanasan global saat ini, yang disebabkan oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia telah membuat gelombang panas tersebut 30 kali lebih mungkin terjadi.

Baca Juga

"Jika pemanasan global meningkat hingga 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit) lebih dari tingkat pra-industri, maka gelombang panas seperti ini dapat terjadi dua kali dalam satu abad dan hingga setiap lima tahun sekali," kata ilmuwan iklim di Indian Institute Teknologi di Mumbai, Arpita Mondal yang merupakan bagian dari penelitian.

“Ini adalah tanda dari hal-hal yang akan datang,” tambahnya dilansir dari Arab News, Selasa (24/5/2022).

Sebuah analisis yang diterbitkan minggu lalu oleh Kantor Meteorologi Inggris mengatakan gelombang panas mungkin dibuat 100 kali lebih mungkin oleh perubahan iklim. Dengan suhu terik seperti itu kemungkinan akan terulang kembali setiap tiga tahun. Analisis Atribusi Cuaca Dunia berbeda karena mencoba menghitung bagaimana aspek-aspek tertentu dari gelombang panas, seperti panjang dan wilayah yang terkena dampak, dibuat lebih mungkin oleh pemanasan global.

“Hasil sebenarnya mungkin berada di antara kami dan hasil Met Office (Inggris) untuk seberapa besar perubahan iklim meningkatkan peristiwa ini,” kata ilmuwan iklim di Imperial College of London, Friederike Otto, yang juga merupakan bagian dari penelitian ini.

Namun, yang pasti adalah kehancuran yang ditimbulkan gelombang panas. Di India misalnya, suhu terpanas di negara itu mulai terjadi sejak Maret dan ini telah tercatat sejak lama yakni pada 1901. April adalah rekor terpanas bagi Pakistan dan sebagian India.

Efeknya telah mengalir dan meluas. Gletser meledak di Pakistan, menyebabkan banjir ke hilir. Panas awal membakar tanaman gandum di India, memaksa negara itu untuk melarang ekspor ke negara-negara yang terguncang karena kekurangan pangan akibat perang Rusia di Ukraina.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement