Selasa 24 May 2022 15:41 WIB

Sultan: Yogyakarta Belum Endemi Covid-19

Kondisi penyebaran Covid-19 di DIY saat ini dikatakan landai.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Ilham Tirta
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan, DIY masih berstatus pandemi Covid-19. Meskipun penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dilaporkan nol pada Senin (23/5/2022), namun Sultan menyebut belum masuk ke fase endemi.

Untuk dapat mengatakan masuk ke fase endemi atau tidak, kata Sultan, merupakan wewenang dari World Health Organization (WHO). Sultan mengatakan, saat ini kondisi penyebaran Covid-19 di DIY dikatakan landai.

"Kondisinya sekarang kan sudah landai, endemi. Tapi kita tidak bisa mengatakan Yogya sudah endemi, itu tidak boleh karena ketentuannya yang bisa mengatakan itu endemi hanya WHO. Jadi kita hanya bicaranya landai," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (24/5/2022).

Sultan menyebut, saat ini pandemi belum dicabut dan DIY juga masih berstatus PPKM Level 2. Artinya, untuk pelaksanaan protokol kesehatan (prokes) tetap harus dijalankan, meskipun sudah ada pelonggaran dari pemerintah pusat.

 

"Kita masih di Level 2 (PPKM), berarti masih ada pandemi. Kalau Level 1 sudah lebih bebas, tapi Level 1 tetap pandemi tapi dalam keadaan masyarakat dibebaskan, belum dikatakan endemi berarti tetap gunakan masker," ujar Sultan.

Sultan pun berharap agar kedepannya situasi Covid-19 tetap terkendali, bahkan penambahan kasus diharapkan tetap nol. Pihaknya juga masih terus melakukan evaluasi terlebih DIY pada libur Waisak pekan lalu juga ramai dikunjungi wisatawan.

Sepekan usai libur Waisak ini situasi Covid-19 tetap terkendali dan diharapkan kedepannya juga tetap terkendali. "Semoga Sabtu, Ahad dan Senin kemarin (DIY) penuh orang (wisatawan), moga-moga (kasus) tidak naik," kata dia.

Saat ini, kasus aktif di DIY juga kecil dan sebagian besarnya merupakan OTG. Dengan begitu, sebagian besar kasus tersebut menjalani isolasi di rumah.

"Memang di rumah sakit kecil (yang dirawat), otomatis ya memang yang di swab juga makin kecil. Saya kira mungkin tinggal 40 sekian (kasus), tapi kan mayoritas OTG, berarti kan (diisolasi) di rumah, tidak di rumah sakit," kata Sultan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement