Selasa 24 May 2022 14:06 WIB

Kapal Pengungsi Rohingya Tenggelam di Myanmar

Kapal yang membawa 90 orang itu mengalami kecelakaan karena cuaca buruk.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah pengungsi etnis Rohingya sedang beristirahat. ilustrasi. Media Myanmar melaporkan puluhan pengungsi Rohingnya meninggal atau hilang setelah kapal yang mereka tumpangi terbalik dan tenggelam.
Foto: ANTARA/Rahmad
Sejumlah pengungsi etnis Rohingya sedang beristirahat. ilustrasi. Media Myanmar melaporkan puluhan pengungsi Rohingnya meninggal atau hilang setelah kapal yang mereka tumpangi terbalik dan tenggelam.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Media Myanmar melaporkan puluhan pengungsi Rohingnya meninggal atau hilang setelah kapal yang mereka tumpangi terbalik dan tenggelam. Kapal yang membawa 90 orang itu mengalami kecelakaan karena cuaca buruk pada akhir pekan lalu.

Pada Selasa (24/5/2022) Radio Free Asia melaporkan lebih dari 20 penyintas ditahan pihak berwenang daerah Ayeyarwady, Myanmar. Laporan ini mengutip warga di distrik Shwe Taung Yan yang terletak di pinggir pantai.

Baca Juga

Ayeyarwaddy Times melaporkan para penyintas mengatakan kapal yang menuju Malaysia itu bermasalah selama beberapa hari setelah berangkat dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar pada 19 Mei lalu. Radio Free Asia melaporkan sejauh ini 14 jenazah berhasil ditemukan tapi 50 orang lebih masih hilang.

Tinggal 600 ribu masyarakat muslim Rohingya yang masih berada di Myanmar. Karena sejarah kekerasan dan kewarganegaraan mereka dicabut. Komisi Tinggi untuk Pengungsi PBB (UNHCR) memperkirakan 148 ribu lebih warga Rohingnya terpaksa mengungsi.

Mayoritas masyarakat Myanmar yang dikuasai pemerintah militer merupakan penganut agama Buddha. Juru bicara pemerintah militer tidak menanggapi permintaan komentar tentang tragedi terbaru yang dialami masyarakat Rohingnya di laut saat hendak melarikan diri dari Myanmar.

Lebih dari 730 ribu orang Rohingnya melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari kekerasan militer pada 2017 lalu. Penyidik PBB mengatakan militer Myanmar hendak membersihkan etnis itu dengan pembunuhan dan pemerkosaan massal.

Pemerintah Myanmar membantah militer melakukan kekejaman. Mereka mengatakan tindakan militer merupakan respon dari serangan Rohingnya.

Tujuan utama masyarakat etnis Rohingnya adalah Malaysia, negara mayoritas muslim yang bersimpati pada mereka. Tapi Malaysia tidak mengakui pengungsi.

UNHCR mengatakan dari Januari hingga Mei tahun ini sudah 630 warga Rohingnya yang mencoba melakukan perjalanan melalui laut untuk tiba di Bay of Bengal. UNHCR mencatat sekitar 60 persen diantaranya adalah perempuan dan anak-anak.

"Tragedi terbaru sekali lagi menunjukkan keinginan kuat warga Rohingnya di Myanmar di kawasan untuk melarikan diri," kata Direktur Asia dan Pasifik UNHCR Indrika Ratwatte.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement