Rabu 25 May 2022 03:25 WIB

Gelombang Panas India Jadi Gambaran Masa Depan

Gelombang panas di India dan Pakistan berikan gambaran masa depan wilayah tersebut

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Gelombang panas dahsyat yang telah membakar India dan Pakistan dalam beberapa bulan terakhir lebih mungkin disebabkan oleh perubahan iklim
Foto: the star
Gelombang panas dahsyat yang telah membakar India dan Pakistan dalam beberapa bulan terakhir lebih mungkin disebabkan oleh perubahan iklim

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Gelombang panas dahsyat yang telah membakar India dan Pakistan dalam beberapa bulan terakhir lebih mungkin disebabkan oleh perubahan iklim. Studi oleh sekelompok ilmuwan internasional menyatakan kondisi tersebut gambaran sekilas tentang masa depan wilayah tersebut, Senin (23/5/2022).

Kelompok World Weather Attribution menganalisis data cuaca historis dan menyarankan gelombang panas awal serta panjang yang berdampak pada wilayah geografis yang luas jarang terjadi, peristiwa sekali dalam satu abad. Namun, tingkat pemanasan global saat ini, yang disebabkan oleh perubahan iklim akibat manusia, telah membuat gelombang panas tersebut 30 kali lebih mungkin terjadi.

Ilmuwan iklim di Institute of Technology di Mumbai, yang merupakan bagian dari penelitian, Arpita Mondal mengatakan, jika pemanasan global meningkat hingga dua derajat Celcius lebih dari tingkat pra-industri, maka gelombang panas seperti ini dapat terjadi dua kali dalam satu abad dan hingga setiap lima tahun sekali. "Ini adalah tanda dari hal-hal yang akan datang," katanya.

Sebuah analisis yang diterbitkan minggu lalu oleh Met Office Inggris mengatakan, gelombang panas mungkin dibuat 100 kali lebih mungkin oleh perubahan iklim. Suhu terik seperti itu kemungkinan akan terulang kembali setiap tiga tahun.

Tapi, laporan baru World Weather Attribution berbeda karena mencoba menghitung bagaimana aspek-aspek tertentu dari gelombang panas, seperti panjang dan wilayah yang terkena dampak, dibuat lebih mungkin oleh pemanasan global. "Hasil sebenarnya mungkin berada di antara kami dan hasil Met Office (Inggris) untuk seberapa besar perubahan iklim meningkatkan peristiwa ini,” kata ilmuwan iklim di Imperial College of London yang juga merupakan bagian dari penelitian ini, Friederike Otto.

Hal yang pasti adalah kehancuran yang ditimbulkan gelombang panas. India mengalami paparan yang paling terik pada Maret sejak pencatatan dimulai pada 1901. Sedangkan pada April adalah rekor terpanas di Pakistan dan sebagian India.

Efek panas yang meningkat ini telah mengalir dan meluas. Gletser meledak di Pakistan, kemudian menyebabkan banjir ke hilir. Sedangkan awal panas membakar tanaman gandum di India, memaksanya untuk melarang ekspor ke negara-negara yang terguncang karena kekurangan pangan akibat perang Rusia di Ukraina. Kondisi itu juga mengakibatkan lonjakan awal permintaan listrik di India yang menghabiskan cadangan batu bara, mengakibatkan kekurangan daya yang mempengaruhi jutaan orang.

Kemudian ada dampak bagi kesehatan manusia. Setidaknya 90 orang telah meninggal di kedua negara, tetapi pendataan kematian yang tidak memadai di kawasan itu kemungkinan melaporkan jumlah yang tidak pasti.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement