Senin 23 May 2022 16:18 WIB

Waspadai Gejala Awal Hepatitis Akut, tapi Jangan Panik

Pasien dengan gejala hepatitis akut berlanjut diminta langsung ke RS besar.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Indira Rezkisari
Spanduk himbauan waspada terhadap Covid-19 dan Hepatitis terpasang di depan Madrasah Muallimat, Yogyakarta, Jumat (20/5/2022). Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta meminta warga untuk tetap menggunakan masker meskipun di area terbuka. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjangkit hepatitis akut yang menyerang anak-anak seperti yang sudah terjadi di DKI Jakarta.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Spanduk himbauan waspada terhadap Covid-19 dan Hepatitis terpasang di depan Madrasah Muallimat, Yogyakarta, Jumat (20/5/2022). Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta meminta warga untuk tetap menggunakan masker meskipun di area terbuka. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjangkit hepatitis akut yang menyerang anak-anak seperti yang sudah terjadi di DKI Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Kesehatan M Syahril mengajak masyarakat khususnya orang tua yang memiliki anak di bawah 16 tahun untuk mewaspadai lebih awal penyakit hepatitis akut. Syahril mengingatkan untuk memperhatikan gejala awal mulai dari sakit perut, mulas, mual, muntah.

"Tentu dengan kewaspadaan ini, tapi juga jangan panik, itu akan lebih cepat penanganan pasien tadi," ujar Syahril dalam diskusi FMB9 bertajuk Hepatitis Akut Dicegah, Sekolah PTM Aman, Senin (23/5/2022).

Baca Juga

Syahril mengatakan, meski hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti dari hepatitis akut, tetapi bisa dicegah agar tidak berlanjut. Karena itu, jangan sampai menyadari hingga anak mengalami gejala lebih berat seperti mata sudah menguning dan kesadaran menurun. Sehingga penanganan kasus hepatitis akut ini bisa dilakukan lebih cepat.

"Tidak terlambat di pihak keluarga, tidak terlambat di fasilitas pelayanan kesehatan, tidak terlambat di fasilitas rujukan. Dengan penanganan secara berjenjang kita akan menekan angka kematian kasus yang diduga hepatitis akut ini," ujar Syahril.

Ia mengatakan, per Ahad (22/5/2022) kemarin ada 31 negara yang melaporkan 614 kasus hepatitis akut. Sedangkan di Indonesia per tanggal 22 melaporkan 14 kasus dugaan hepatitis akut, satu diantaranya probable dan 13 berstatus pending classification.

Pending classification ini kata Syahril, merupakan kasus yang masih menunggu hasil pemeriksaaan yang mengarah ke kasus. "Ini menunggu yang terus menerus dilakukan. Tadi sudah disampaikan ada tujuh provinsi yang ada pending classification, termasuk Jakarta, Jawa Timur, Bali, Sumatra Barat, dan Bangka Belitung." katanya.

Sementara, untuk penanganan pasien, serupa dengan jenis hepatitis sebelumnya yang sudah sesuai prosedur tetapnya. Yakni untuk gejala awal seperti mual muntah dan sakit perut hingga diare cukup ditangani di puskesmas atau rumah sakit umum daerah (RSUD) dan tidak harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar

Kedua, jika gejala sudah berlanjut seperti air seni berwarna keruh seperti air teh, BAB berwarna keputihan dan mata dan badan sudah kuning penanganannya berlanjut. "Dan satu lagi kalau lebih berat, contohnya pasiennya dengan kejang, kesadaran menurun itu ke RS yang besar, seperti contoh RSCM," kata Syahril.

Saat ini, Direktur Jenderal Kesehatan Kementerian Kesehatan sudah menunjuk rumah sakit umum pusat Kemenkes yang tersebar di seluruh provinsi untuk menjadi RS rujukan hepatitis. Di Jakarta misalnya, ada RSCM dan juga RSPI Sulianti Saroso.

"Tahapan-tahapan penanganan itu sudah ada di tata laksananya, yang sudah dibuat oleh Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes yang diedarkan ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan baik RS pemerintah maupun RS swasta," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement