Ahad 22 May 2022 17:05 WIB

Bupati Sragen Apresiasi Presiden Jokowi dan Kerja Cerdas Menteri SYL

Sragen menjadi lumbung pangan terbesar kedua di Jateng setelah Cilacap

Mentan Syahrul Yasin Limpo bersama Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dan anggota Komisi IV DPR RI, Luluk Nur Hamidah, jajaran Eselon I Kementerian Pertanian melakukan panen sekaligus hilirisasi kacang tanah di Desa Bendungan, Kecamatan Kedawung, Sragen, Senin (10/1),
Foto: Kementan RI
Mentan Syahrul Yasin Limpo bersama Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dan anggota Komisi IV DPR RI, Luluk Nur Hamidah, jajaran Eselon I Kementerian Pertanian melakukan panen sekaligus hilirisasi kacang tanah di Desa Bendungan, Kecamatan Kedawung, Sragen, Senin (10/1),

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN--Bupati Sragen, Yuni Sukowati menyampaikan terima kasih atas arahan Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) dalam meningkatkan produksi beras nasional selama beberapa tahun terakhir. Menurut Yuni, arahan Jokowi dan juga kerja cerdas SYL mampu membuat Kabupaten Sragen menjadi salah satu lumbung pangan nasional.

Berdasarkan catatan yang ada, kata Yuni, Sragen menjadi lumbung pangan terbesar kedua di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap. Di tingkat nasional, Sragen sendiri menjadi lumbung pangan terbesar urutan kesembilan di Indonesia. Adapun luas lahan sawah di Sragen mencapai 40.129 hektare dan lahan kering 54.026 hektare.

Baca Juga

"Alhamdulillah Sragen bisa terus berkontribusi terhadap pangan nasional. Ini semua berkat arahan Bapak Presiden dan juga kerja cerdas Pak Menteri (SYL)," ujar Yuni, Minggu, 22 Mei 2022.

Yuni mengatakan, Presiden Jokowi sejauh ini memang memiliki perhatian yang cukup  besar terhadap sektor pertanian. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Jokowi dan SYL memantau penanaman dan panen bersama baik padi maupun jagung.

"Bapak Presiden juga mampu membuat petani semakin bersemangat dalam melakukan produksi setiap hari. Ditambah pak Menteri yang terus memantau jalanya proses produksi agar tetap meningkat," katanya.

Terakhir, Yuni mengapresiasi kebijakan pemerintah yang tidak melakukan impor beras dalam waktu tiga tahun terakhir. Menurut Yuni, kebijakan tersebut merupakan implementasi dan kolaborasi kerja nyata yang dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan, Indonesia sudah tidak mengimpor beras selama tiga tahun terakhir setelah sebelumnya mengimpor 1,5-2 juta ton beras setiap tahunnya. Dia berharap, capaian tersebut dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan dengan menggenjot produktivitas dalam negeri.

"Yang biasanya kita impor 1,5 juta sampai 2 juta ton per tahun, sudah 3 tahun ini kita tidak. Ini yang harus dipertahankan, syukur stoknya bisa kita perbesar. Artinya, produktivitas petani itu harus ditingkatkan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement