Ahad 22 May 2022 13:19 WIB

Prof Rokhmin Sampaikan Rekomendasi Pembangunan Agromaritim

Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi agromaritim yang sangat besar.

Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.
Foto: Dok RD Institute
Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR --  Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS diundang menjadi salah satu narasumber  Webinar 3 Road to SAEGALA 2022 ”Pemanfaatan dan Efektivitas Teknologi dalam Sistem Pertanian dan Kemaritiman Berkelanjutan” . Webinar tersebut diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan Amerika-Eropa secara daring pada Sabtu (21/5).

Menurut Prof Rokhmin, pembangunan agromaritim harus mampu meningkatkan daya saing dan  pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yakni  mampu menyerap tenaga kerja dan menciptakan ekonomi inklusif. ”Sehingga, bisa menyejahterakan masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,” kata ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (21/5).

Dalam kesempatan tersebut, Prof Rokmin menyampaikan sejumlah rekomendasi pembangunan agromaritim berupa Road Map Pembangunan Ekonomi Maritim Untuk Peningkatan Daya Saing dan Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas, Inklusif, dan Berkelanjutan.  Rekomendasi itu tersebut antara lain, pertama, revitalisasi (peningkatan produktivitas, efisiensi, daya saing, inklusivitas, dan berkelanjutan) seluruh sektor dan bisnis agro-maritim  yang ada sekarang.

Kedua, dia menambahkan, pengembangan sektor dan bisnis  agromaritim konvensional  di wilayah pesisir dan laut baru, seperti: perikanan tangkap, perikanan budidaya, pariwisata bahari, ESDM, dan industri maritim.

Ketiga, lanjutnya, pengembangan sektor-sektor agromaritim baru, seperti: industri bioteknologi kelautan, nanoteknologi,  shale and hydrate gas, fiber optics, deep sea mining, marine-agriculture.

Keempat, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (kemakmuran) baru di: (1) 8 provinsi kepulauan, (2) wilayah pesisir sepanjang ALKI, (3) pulau-pulau kecil, dan (4) wilayah perbatasan, dengan model Kawasan Industri Maritim Terpadu  berskala besar.

Kelima, penguatan dan pengembangan konektivitas maritim, yakni tol laut  dan konektivitas digital melalui  revitalisasi dan pengembangan armada kapal yang menghubungkan pelabuhan utama, dari ujung barat sampai ujung timur NKRI. Juga, revitalisasi dan pembangunan pelabuhan baru sebagai tambat labuh kapal, basis logistik, dan kawasan industri.

“Tidak kalah pentingnya,  pembangunan transportasi multimoda (sungai, darat, kereta api, atau udara) dari pelabuhan ke wilayah darat, serta konektivitas digital: telkom, fiber optics, dan internet,” paparnya.

Keenam, kata Rokhmin, semua unit usaha sektor ekonomi kelautan harus menerapkan  skala ekonomi (economy of scale)integrated supply chain management system;  inovasi teknologi mutakhir (Industry 4.0) pada setiap mata rantai suplai;  dan sustainable development principles (Blue Economy).

Sebelumnya, Rokhmin mengemukakan, sebagai negara agraris tropis dan kepulauan terbesar di dunia, yang 75 persen wilayahnya berupa laut, Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi agro-maritim yang sangat besar yang hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal.

“Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan  terhadap berbagai jenis sumber daya alam (SDA), produk, dan jasa-jasa lingkungan,  maka, peran argomaritim  bakal semakin penting dan strategis,” tuturnya.

Ia memaparkan, sejak merdeka sampai sekarang, sektor pertanian dan maritim merupakan tulang punggung  perekonomian NKRI: menyerap sekitar 30 – 60 persen angkatan kerja;  menyumbang 20 – 60 persen PDB;  mencakup 30 persen  total nilai ekspor;  penentu kedaulatan pangan, energi, dan farmasi; dan serta menciptakan multiplier effects yang luas.

Ia menegaskan, pada umumnya, investasi dan bisnis di sektor-sektor ekonomi agromaritim  cukup – sangat menguntungkan, dengan modal yang relatif kecil, relatif mudah dikerjakan oleh kebanyakan rakyat, menyerap banyak tenaga kerja, dan berkelanjutan. Sehingga,  mengatasi pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan sosial-ekonomi. 

“Selain itu, sebagian besar aktivitas ekonomi sektor agromaritim  berlangsung di wilayah perdesaan, pesisir, pulau kecil, laut, dan perbatasan. Sehingga, mengurangi disparitas pembangunan (kesejahteraan) antarwilayah,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, lokasi NKRI secara geoekonomi dan geopolitik sangat strategis, yakni menjadi pusat lalu lintas perdagangan global (global supply and value chain network). “Sebanyak  45 persen  total barang (komoditas dan produk) yang diperdagangkan di dunia dengan nilai  15 triliun dolar AS/tahun diangkut dengan ribuan kapal melalui laut Indonesia. Selain itu,  gugusan pulau Nusantara merupakan check  points transportasi laut dari Samudera Pasifik ke Samudera  Hindia, dan sebaliknya,” paparnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement