Jumat 20 May 2022 11:36 WIB

Ini Alasan Pasar Saham RI Tetap Menarik di Tengah Kenaikan Suku Bunga

Kuatnya faktor fundamental jadi alasan tingginya investor asing di pasar saham RI

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia. Kuatnya faktor fundamental tercermin dari tingginya minat investor asing yang terlihat dari besarnya aliran masuk dana investor asing (foreign fund flow).
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan mengamati layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia. Kuatnya faktor fundamental tercermin dari tingginya minat investor asing yang terlihat dari besarnya aliran masuk dana investor asing (foreign fund flow).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan menarik di tengah tren koreksi tahunan ‘Sell in May and Go Away’ serta tekanan dari kenaikan suku bunga acuan AS karena kuatnya fundamental pasar Indonesia. 

Kuatnya faktor fundamental tercermin dari tingginya minat investor asing yang terlihat dari besarnya aliran masuk dana investor asing (foreign fund flow).

“Dengan kondisi tersebut maka secara teknikal IHSG diprediksi akan terkonsolidasi dengan support-resistance pada kisaran 6.506-6.904,” ujar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Martha Christina, Kamis (19/5). 

Investor disarankan untuk fokus bertransaksi aktif jangka pendek pada tiga sektor yaitu sektor keuangan, energi, dan industri. Di sektor keuangan, empat saham yang dipilih adalah BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. 

Di sektor energi, beberapa saham yang menjadi pilihan yaitu ADRO, ITMG, PTBA, ADMR, dan PGAS. Sedangkan di sektor industri, saham yang menjadi andalan yaitu ASII dan UNTR.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menambahkan faktor tren ‘Sell in May and Go Away’ serta kenaikan suku bunga acuan AS (Fed Rate) sudah diantisipasi pelaku pasar sehingga koreksi memang diprediksi terjadi tetapi akan terbatas. 

Pada Mei, foreign fund flow memang negatif Rp 8,36 triliun, tetapi sejak awal tahun masih surplus cukup besar yaitu Rp 51,27 triliun per 13 Mei. “Foreign fund flow sejak awal tahun menjadi faktor utama yang akan menahan koreksi dan menunjukkan bahwa investor asing menilai fundamental dalam negeri Indonesia masih menarik,” tutur Nafan.

Menurut Nafan, faktor lain yang menjadi penahan aliran modal asing keluar yaitu laporan keuangan emiten periode kuartal I 2022 yang positif serta data ekonomi domestik yang mendukung. Selain itu, ada juga faktor neraca dagang yang positif, industri yang masih tumbuh serta indeks keyakinan konsumen (IKK) yang masih optimis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement