Senin 23 May 2022 00:20 WIB

Begini Tips Wujudkan Keamanan Siber

Setiap individu pengguna internet atau ruang digital harus sadar akan bahaya yang mengancam setiap kali berselancar di dunia maya

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Ilustrasi Infrastruktur Digital (Istimewa)
Ilustrasi Infrastruktur Digital (Istimewa)

Setiap individu pengguna internet atau ruang digital harus sadar akan bahaya yang mengancam setiap kali berselancar di dunia maya. Pasalnya selain kemudahan dan keuntungan yang dapat dinikmati, ruang digital juga menyimpan resiko yang dapat merugikan pengguna. 

Mereka yang tak waspada saat berselancar di dunia maya, bisa saja menjadi korban beragam jenis kejahatan siber atau cyber crime

Baca Juga: Digitalisasi, Sebuah Upaya Mendongkrak Kegiatan Ekonomi Dunia, Ini Kata Sri Mulyani!

Bambang Kristiono, Wakil Ketua Komisi I DPR RI menjelaskan, berdasarkan data dari Badan Siber Negara pada tahun 2021 telah terjadi serangan siber sebanyak hampir 1 miliar kali. 

 

Kerugian yang dialamiberbeda-beda, tergantung pada jenis kejahatan yang menimpa setiap korbann. Rata-rata kerugian yang dialami secara ekonomi dan reputasi yang rusak. 

"Kominfo menyatakan bahwa terdapat peningkatan 40% selama pandemi covid-19 dalam penggunaan internet, khususnya pada periode PBB antara Maret-April 2020. Perkembangan kecepatan internet juga menarik para pelaku serangan siber untuk memanfaatkan keadaan pada pandemi covid-19 dalam melakukan kejahatan serangan siber," papar Bambang dalam Webinar Ngobrol Bareng Legislator bertajuk " Keamanan Siber: Berdigital dengan Aman" pada Rabu (18/5/2022).  

Untuk terhindar dari hal tersebut, maka diperlukan adanya peningkatan keamanan siber baik oleh pemerintah ataupun pengguna.

"Peraturan mengenai keamanan data pribadi sangat diperlukan demi keamanan data dari serangan siber. Dasar hukum yang digunakan di Indonesia adalah yang kita kenal dengan UU ITE. Undang-Undang ini mencakup beberapa aturan mengenai pelanggaran penyalahgunaan data pribadi seseorang," katanya. 

Selain itu, kesadaran masyarakat pun harus ditingkatkan terutama dalam memilih informasi yang kredibel, akurat, dan terpercaya. 

"Sehingga dengan teknologi bisa mendorong kemajuan bersama  dengan banyak sosialisasi mengenai pentingnya kesadaran terhadap perkembangan dari teknologi," tuturnya. 

Senada dengannya, Ketua Indonesia Al Sociaty (IAIS), Lukas menambahkan bahwa kejahatan siber dapat mengancam para pengguna dalam berbagai bentuk modus. 

"Mulai dari modus penipuan yang berkedok foto selfie dengan identitas diri, modus penipuan melalui aplikasi komunikasi online, modus penipuan ganti nomor ponsel, serta penipuan via telepon juga kerap dilakukan," paparnya. 

Ia mengungkapkan, selain harus meningkatkan kewaspadaan, masyarakat juga perlu mengetahui ciri-ciri platform yang biasa menghadirkan berbagai kejahatan siber tersebut.

"Biasanya tidak memiliki izin resmi dan alamat kantor yang tidak jelas, penyebaran informasi melalui SMS blast, meminta akses seluruh data ponsel, informasi akad, hal dan kewajiban peminjaman tidak jelas, dan proses pengajuan terkesan sangat mudah," terangnya. 

Selanjutnya, kata Lukas, jangan sesekali memberikan data pribadi yang bersifat rentan kepada siapapun, apalagi pihak asing atau tidak dikenal. 

"Lalu jangan sesekali menyebarkan foto sexy atau yang mengundang predator online, hentikan kontak jika sudah menjurus ke pertanyaan personal (konotasi seksual) dan berani blok akun, dan waspada untuk sendirian bertemu dengan teman online, pastikan menginformasikan ke orang yang dipercaya," ujar Lukas. 

Selain itu yang diperlukan untuk meningkatkan keamanan siber adalah literasi digital. 

Dirjen Aptika Kemkominfo, Samuel A Pangerapan mengatakan bahwa pihaknya akan menjadi garda terdepan dalam penanaman literasi digital ini kepada masyarakat.  

"Karena penggunaan internet perlu dibantu dnegan kapasitas literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkan dengan produktif, bijak dan tepat guna," jelasnya. 

Ia menyebut jika dilihat dari kondisi yang ada, tingkat literasi digital di Tanah Air kini masih belum mencapai tahap yang lebih baik. 

"Saat ini indeks literasi digital Indonesia masih berada pada angka 3,49 dari skala 5, yang artinya, masih dalam kategori sedang belum mencapai tahap yang lebih baik. Angka ini perlu terus kita tingkatkan sehingga menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan litrerasi digital," pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement