Faktor pengalaman dan mentalitas bertanding menjadi kunci kegagalan Indonesia meraih emas di nomor ini. Kondisi ini begitu terlihat saat Indonesia bentrok dengan Thailand di partai semifinal. Tiga tunggal putra Indonesia, Chico Aura Dwi Wardoyo, Christian Adinata, dan Bobby Setiabudi, gagal menyumbang poin.
Dua poin Indonesia di duel yang digelar di Bacqiang Gymnasium, Hanoi, Vietnam, semuanya disumbangkan oleh pasangan ganda putra, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Y Rambitan dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Pelatih tunggal putra Indonesia, Harry Hartono, mengatakan kesiapan mental menjadi faktor penting di nomor beregu putra.
''Di nomor beregu memang membutuhkan pikiran dan mental yang benar-benar siap. Secara peringkat, tunggal pertama dan kedua masih di bawah mereka. Peluang ada di tunggal ketiga. Tapi, tidak mudah untuk tampil di laga penentuan. Bobby sangat tegang, sebaliknya tunggal Thailand lebih siap. Padahal, secara teknis, Bobby masih di atas lawannya,'' kata Harry seperti dilansir laman resmi PBSI.
Sementara Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rionny Mainaky, menilai, penyebab kegagalan tunggal putra menyumbang poin di laga semifinal terletak pada tekanan yang terlalu besar. Alhasil, para atlet tunggal putra tidak bisa menampilkan performa terbaiknya dan keluar dari tekanan lawan.
''Sedangkan untuk ganda putra sudah ok. Hanya sedikit saja evaluasi, tidak boleh terlalu rileks saat sudah unggul. Ini bahaya kalau sampai tersusul. Jadi, harus fokus dari awal hingga akhir laga,'' kata Riony.