Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image taufik sentana

Inspirasi: Tiada Hari Tanpa Buku

Gaya Hidup | Tuesday, 17 May 2022, 09:28 WIB
Dok. Wikipedia. Cordova pusat kota Islam tempo dulu.

Inspirasi: Tiada Hari Tanpa Buku?

=====

Apakah masih menarik bicara buku di peradaban digital sekarang? Data perpusnas menyebutkan bahwa sebaran penerbitan buku digital (berkas e book) melonjak signifikan dari beberapa tahun sebelumnya.

Kita juga banyak melihat bahwa sudah banyak buku buku teks manual dialihrupa ke bentuk ebook dan sejenisnya. Muamalah akademik kita hampir seluruhnya tertaut dalam dunia digital.

Memang, masing masing mempunyai ruang sejarah dan keutamaan sendiri. begitupun buku buku non digital yang kita maksud di sini.

Sepertinya, mungkin kita tidak bisa meniadakan sama sekali buku konservatif, walau tentu sumberdaya kertas akan jadi masalah, namun peradaban buku yang kita kenal tetap dengan romantismenya sendiri.

Buku buku akan tetap ditulis dan berkembang sesuai keperluan dengan ragam variasi estetiknya.

Sudah tentu terjadi pergeseran nilai budaya buku dalam kultur kita. buku buku akan menjadi teks teks mewah pada sesi sesi tertentu. karena budaya gawai/gadget yang semakin pesat.

Dulu sering para pelajar mendapat kata hikmah: sebaik baik teman duduk sepanjang zaman adalah buku.

Kini tentu kalimat itu berubah :Sebaik baik teman duduk adalah Jawwal/HP atau Gawai.

Pada poin ini, lewat HP/gawai kita tetap bisa mengakses lembaran informasi dan ragam buku.

Namun, secara praktis, HP memang tidak dirancang sebagai representatif sebuah buku. Walau sekarang ia disebut sebagai medium smart, dan itu tergantung nilai hikmah si individu sendiri.

Sehingga semangat buku dan berkembangnya masyarakat buku tergantung iklim sosial dan pandangan masing masing kita terhadap buku. Terutama buku buku berkualitas sebagai warisan sejarah Islam dan peradaban dunia.

Selintas masih teringat masa masa di sekolah dulu, kami setiap bulan diwajibkan membeli buku. buku buku itu akan dihitung di akhir semester/ di akhir masa pendidikan enam tahun.

Ke manapun kami pergi dalam lingkungan sekolah, mesti membawa buku, tiada hari tanpa buku. tidak membawa buku adalang pelanggaran.

Sesekali saya mengulang romantika itu. membawa buku saat antre di bank, misalnya, membaca buku di tempat tempat umum, tapi kita memang merasa asing di tengah banjir arus digital.

Kita perlu menata ulang formula masyarakat buku dalam kultur kita sekarang. Bisa dimulai dari rumah dan sekolah, juga kampus kampus.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image