Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Prof. Dr. Budiharjo, M.Si

Pendidikan adalah Kunci

Eduaksi | Tuesday, 17 May 2022, 19:46 WIB
Pendidikan menjadi alat yang efektif dan strategis untuk mengubah sebuah bangsa ke arah yang lebih baik.

Nelson Mandela pernah berucap "pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia". Sebuah quote yang luar biasa dari tokoh perlawanan sistem pemisahan berdasarkan ras (apartheid). Bagi Mandela, pendidikan menjadi alat senjata untuk mengubah nasib individu yang kemudian mampu mengubah nasib sebuah bangsa.

Soekarno secara lugas mengatakan "there is no nation-building without character building". Ini membuktikan bahwa founding fathers kita telah memahami pentingnya pendidikan dalam pembangunan jati diri bangsa.

Salah satu bentuk pendidikan yang mampu mengubah sebuah bangsa adalah pendidikan karakter. Pendidikan yang di dalamnya terdapat kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam memfasilitasi dan membantuk individu untuk mengetahui hal-hal yang baik dan luhur, mencintainya, memiliki kompetensi intelektual, berpenampilan menarik dan memiliki kemauan keras untuk memperjuangkan kebaikan dan keluhuran serta dapat mengambil keputusan secara bijak, sehingga individu tersebut mampu memberikan kontribusi positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Secara ringkas, pendidikan karakter merupakan kunci untuk mengubah bangsa. Hakikat di dalamnya adalah pendidikan nilai yang membantu dan memfasilitasi individu untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia paripurna (insan kamil).

Lalu, bagaimana implementasi pendidikan karakter sebagai kunci sukses sebuah bangsa dan negara. Thomas Lickona menjabarkan bagaimana pendidikan karakter yang terdiri dari tiga unsur pokok yakni mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good) dan melakukan kebaikan (doing the good).

Penjabaran Lickona sejatinya berangkat dari falsafah tujuan pendidikan yakni setelah kita mengetahui kebaikan maka kita harus mengimplementasikan kebaikan tersebut, tentunya setelah kita mencintainya. Tanpa cinta, perbuatan baik sangat sulit dilakukan dan akan terasa berat.

Pancasila adalah titik temu atas berbagai aliran ideologi di masa-masa kemerdekaan. Pendidikan karakter dimulai dari kepercayaan kita sebagai bangsa beragama. Lalu, diwujudkan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan rasa persatuan sesama anak bangsa. Berbagai problematika dalam perjalanan kehidupan bangsa dan negara dicari solusinya melalui musyawarah untuk mendapatkan kata mufakat. Itu semua adalah demi rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Begitu besarnya dampak pendidikan bagi sebuah bangsa, maka implementasinya membutuhkan perjuangan ekstra. Semua pihak harus terlibat mulai dari negara, sekolah, lingkungan sekolah, masyarakat luas hingga pada pranata sosial terkecil yakni keluarga. Ayah dan ibu menjadi sekolah paling pertama yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak. Semakin tumbuh dan berkembang, anak kemudian mendapatkan nilai-nilai dari luar rumah.

Apa yang ditanam sejak kecil, maka itu yang akan dituai di kemudian hari. Jika kebaikan yang ditanam, maka kebaikan yang lebih besar pula yang akan diperoleh. Perpaduan, keharmonisan dan kesinambungan para pihak berkontribusi secara langsung dalam pembentukan karakter seseorang. Inilah yang menjadi kunci dari suksesnya penyelenggaraan pendidikan bagi bangsa dan negara.

Tanpa keterlibatan para pihak, maka pendidikan akan terseok, tertatih-tatih dan lemah. Dan, yang paling penting adalah keteladanan dari para pemimpin bangsa. Tanpa keteladanan yang baik, masyarakat tidak akan mendapatkan nilai pendidikan yang baik pula. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image