Rabu 18 May 2022 10:21 WIB

Panglima TNI Ke-22, Jokowi Pilih Jenderal Dudung atau Laksamana Yudo?

Ada dua kandidat kuat yang bakal menggantikan posisi Jenderal Andika.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman.

Oleh : Erik Purnama Putra, Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Jenderal Andika Perkasa bakal mengakhiri masa dinas kemiliteran pada 1 Januari 2023. Tepat pada 21 Desember 2022, Andika berusia 58 tahun. Sesuai keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 29 Maret 2022, yang menolak perpanjangan masa pensiun TNI menjadi 60 tahun maka Andika dipastikan mengakhiri masa dinas kemiliteran pada akhir tahun ini.

Berarti, ada dua kandidat yang bakal menggantikan posisi Andika. Keduanya adalah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono. Siapa dari keduanya yang lebih berpeluang? Sebelum membahas itu, perlu diurai dinamika dan situasi yang bakal melatarbelakangi pemilihan Panglima TNI ke-22 nantinya.

Dimulai dari Jenderal Dudung Abdurachman. Peluang eks Panglima Kostrad ini menjadi Panglima TNI jelas sangat terbuka lebar. Faktor politik dan kekuasaan jelas sangat berpihak kepadanya. Dudung yang kerap menggaungkan narasi ancaman radikalisme sangat sesuai dengan selera penguasa. Belum lagi, ia berani mengerahkan personel TNI AD untuk menurunkan baliho Front Pembela Islam (FPI) di seluruh Jakarta, yang membuat namanya harum di mata pemerintah. Berbekal latar belakang dan rekam jejak seperti itu maka Dudung sangat berpeluang menggantikan Andika.

Hanya saja, kendala teknis yang bakal dihadapi Dudung adalah pergiliran matra. Saat ini, Andika merupakan perwakilan dari matra darat. Sehingga jika penggantinya adalah Dudung maka TNI AD bakal mengemban jabatan sebagai Panglima TNI tiga kali berurutan. Mengapa bisa begitu. Dudung memiliki masa dinas kemiliteran sampai akhir 2023. Jika pada akhir Desember 2022 terpilih menjadi Panglima TNI ke-22, ia hanya akan menjabat selama setahun, seperti halnya Andika.

Skenario yang sudah beredar adalah nanti pengganti eks Panglima Kodam Jaya ini adalah Letjen Maruli Simanjuntak. Mantan Panglima Kodam Udayana ini yang sekarang menjadi Panglima Kostrad bakal didorong menjabat KSAD dan Panglima TNI mengikuti karier Dudung. Peluang menempatkan Maruli sebagai Panglima TNI terbuka sangat lebar pada akhir 2023. Intinya menantu Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan itu menduduki pucuk pimpinan TNI hanya bisa terjadi pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jika Jokowi tidak lagi menjadi RI 1 dan Luhut tidak memegang kekuasaan maka sangat sulit bagi Maruli menjadi TNI 1.

Untuk Laksamana Yudo Margono, kesempatan menggantikan Andika sebagai Panglima TNI hanya terbuka peluangnya pada akhir tahun ini. Pada medio November 2021, Yudo kalah bersaing dengan Andika yang akhirnya dipilih sebagai Panglima TNI. Padahal, Panglima TNI sebelumnya Marsekal Hadi Tjahjanto lebih sreg jika Yudo sebagai penggantinya. Namun, Presiden Jokowi akhirnya lebih memilih menantu eks Kepala BIN Jenderal (Purn) Hendropriyono tersebut menjadi Panglima TNI.

Di sinilah keunggulan Yudo sehingga peluangnya menjabat Panglima TNI terbuka lebar. Yudo akan berusia 58 tahun pada 26 November 2023. Dia akan purnatugas per 1 Desember 2023 atau hampir berbarengan dengan Dudung. Jika Yudo mampu menjadi Panglima TNI maka ia hanya memiliki masa aktif memimpin selama setahun.

Pada era Presiden Jokowi, belum pernah ada Panglima TNI dari matra laut. Memang tidak ada aturan wajib, presiden harus menggilir setiap matra menjadi Panglima TNI. Aturannya posisi itu cukup dipergilirkan. Namun, jika sampai pada era Jokowi, TNI AL tidak pernah mendapat kesempatan menjabat Panglima TNI maka bisa dikatakan hal ini sebagai aib kekuasaan. Pasalnya, Jokowi ketika pertama kali resmi menjabat presiden pada 20 Oktober 2014, langsung menggaungkan program poros maritim dunia, lantaran Indonesia terlalu lama memunggungi laut. Tentu menjadi sangat ironis jika pada masa kepemimpinannya malah TNI AL tidak berkesempatan memimpin TNI tiga matra.

Belum lagi jika skenario Maruli harus menjadi Panglima TNI sebelum Jokowi lengser maka jika pengganti Andika bukan Yudo maka matra darat bakal menempatkan tiga kadernya secara berurutan memimpin TNI. Sehingga, secara psikologis hal itu tentu tidak baik, lantaran seolah mengganggap matra laut sebagai anak tiri. Penulis pun mendapatkan kabar dan gelagat jika Andika lebih sreg penggantinya adalah Yudo. Karena itu, mantan Panglima Komando Wilayah Gabungan Pertahanan (Pangkogabwilhan) I ini menjadi calon yang paling berpeluang dan layak untuk mengemban jabatan Panglima TNI ke-22.

Dengan dinamika seperti itu, akhirnya semua keputusan diserahkan kepada Presiden Jokowi. Siapa yang bakal dipilihnya pada akhir tahun ini? Jenderal Dudung atau Laksamana Yudo?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement