Selasa 17 May 2022 11:53 WIB

Mak, Youtuber Russia dan Indonesia Kolaborasi Bahas Token Sangkara ($MISA)

Sangkara $MISA menjadi salah satu token primadona di situasi saat ini.

Youtubers Russia dan Indonesia berkolaborasi bahas toker Sangkara.
Foto: Istimewa
Youtubers Russia dan Indonesia berkolaborasi bahas toker Sangkara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebetulnya apa sih ini token Sangkara $MISA ? Kenapa di Luar negeri sepertinya mendapat sorotan yang luar biasa di tengah hancurnya seluruh Mata Uang Kripto? 

"Kami mencoba menghubungi kontak yang ada di website dan ngobrol dengan CMO Sangkara $MISA Albert Setiawan. Dia mengatakan pihaknya memang adalah developer token Sangkara $MISA, NFT Market Place SangkaraNFT.com, paltform Music Bantayahall.com, platfom Film Pamorstudio.com dan berbagai usaha digital lainnya," ungkap Mak, Youtubers Russia.

Menurut Albert, Sangkara $MISA adalah startup yang mengadalkan banyak bantuan dr teman-teman di luar negeri untuk bisa seperti sekarang. "Di tengah situasi krisis kepercayaan kepada mata uang Kripto, pihaknya memberikan jawaban yang berbeda, membuat Mata Uang Kripto sebagai aset digital dan bukan mata uang," lanjut Albert dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Selasa (17/5/2022).

Aset digital artinya memperlakukan aset kripto sebagai bagian dr perusahaan itu sendiri dan menjadikan perusahaan sebagai underlyingnya. Kurang lebih seperti saham tapi berbentuk token. 

Keunikkan dari Sangkara $MISA ini berhasil membuat harga Sangkara naik 10 kali lipat dalam dua pekan terakhir. Juga pilihan Sangkara untuk Audit CERTIK, hanya listing di CEX (Centralized Exchanger) Dunia, membuat seluruh dunia menjadikan Sangkara $MISA menjadi salah satu token primadona di situasi saat ini. Naiknya tidak seperti token lain yang 100 ribu persen, tetapi bertahap sedikit demi sedikit. 

Albert Setiawan menambahkan, selain diundang di Live Instagram oleh Orang Russia, selanjutnya ada jadwal dengan Orang Turki, Italia, dan India. CEO Sangkara juga sudah mendapat undangan memberikan kuliah di salah satu Universitas Besar di Kuala Lumpur.

"Memang kadang karya anak bangsa sulit dihargai di negeri sendiri, itu betul sekali, banyak yang berhasil di luar negeri, baru dihargai di Indonesia," tutup Albert.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement