Kamis 12 May 2022 19:59 WIB

Peternak di Semarang Siapkan Kandang Isolasi untuk Antisipasi Wabah PMK

Pengecekan kesehatan serta sosialisasi mengenai risiko penyebaran PMK sudah dilakukan

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Nur Aini
Dokter hewan memeriksa kesehatan hewan sapi, ilustrasi
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Dokter hewan memeriksa kesehatan hewan sapi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Para peternak maupun petani yang selama ini  membudidayakan ternak sapi melalui kandang komunal turut mewaspadai penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak. Kelompok peternak dan petani di wilayah Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang mengantisipasi PMK dengan kandang isolasi.

“Untuk antisipasi, kami telah menyiapkan kandang isolasi,” ungkap Kepala Desa (Kades) Kalisidi, Dimas Kades Prayitno Putra, Kamis (12/5/2022).

Baca Juga

Di wilayah Desa Kalisidi, ujarnya, ada sekitar 400-an ekor lebih populasi sapi yang dipelihara oleh tujuh kelompok peternak dan kelompok petani, yang seleuruhnya ditempatkan di kandang- kandang komunal milik desa. Berdasarkan pemanauan serta penelusuran oleh petugas penyuluh peternakan di tingkat kecamatan, jelas Dimas, kasus PMK pada hewan ternak memang belum ditemukan di Desa Kalisidi.

Namun karena penyakit ini disebabkan oleh virus dan penyebarannya sulit diprediksi, langkah- langkah untuk mengantisipasi harus diambil. “Kami di Desa Kalisidi tetap mewaspadai sejak dini,” ujarnya.

Hal itu termasuk, kata Dimas, pengecekan kesehatan serta sosialisasi mengenai risiko penyebaran PMK juga sudah dilakukan kepada para kelompok peternak maupun kelompak tani yang ada di wilayah desanya.

Pun demikian upaya pencegahan melalui kebersihan kandang komunal maupun kebersihan hewan ternak yang dipelihara. Sedangkan langkah untuk mengantisipasi jika ada hewan ternak yang terindikasi telah terpapar PMK, telah disiapkan pula kandang isolasi yang terpisah.

Dengan semakin besarnya risiko penularan PMK ini, masih tambah Dimas, pemeriksaan yang lebih intensif juga diberlakukan terhadap hewan- hewan ternak yang baru masuk, terutama dari luar daerah.

“Untuk memastikan kesehatan hewan ternak tersebut, juga harus dilengkapi surat kesehatan hewan yang dikeluarkan oleh puskeswan dari daerah hewan ternak tersebut berasal,” kata Dimas.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabis) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Vesmavet) Dispertanikap Kabupaten Semarang, drh Yohana Diah Haryuni menambahkan, para peternak kini harus lebih waspada jika mendapati ciri klinis PMK pada ternak mereka.

Adapun ciri klinis yang muncul tersebut seperti air liur sapi (hewan ternak) berlebih (salivasi) dan cenderung berbuih. Hewan ternak juga mengalami demam dengan suhu mencapai 41 derajat Celcius karena disebabkan virus.

Kemudian kalau sudah bersalivasi akan muncul lesi atau luka lepuh pada sekitar mulut, lidah hingga mukosa rongga mulut. “Kalau sudah seperti ini, sapi –biasanya—tidak mau makan,” ujarnya.

Baca juga : Kementan Siapkan Tenaga Medis Terlatih Khusus Tangani PMK

Gejala klinis lainnya, kata Yohana, adalah muncul luka di antara kuku. Makin lama kalau tidak diobati maka kuku akan bisa lepas. sehingga, akhirnya jadi roboh dan tak kuat lagi untuk berdiri dan hewan ternak juga bernapas lebih cepat.

Karena penyakit ini disebabkan oleh virus maka penularannya cepat dan bisa mencapai 100 persen. Ia juga mengimbau apabila ditemukan gejala seperti ini peternak segera nmalporkan kepada puskeswan atau petugas kesehatan hewan terdekat.

Demikian pula kepada masyarakat yang beraktivitas di Pasar Hewan juga diimbau untuk mencermati hewan ternak yang terduga PMK. “Jangan sampai terkecoh dengan harga yang murah, namun agar teliti dalam membeli hewan ternak,” ujarnya.

Baca juga : Sudin KPKP Jakut Monitor Hewan Ternak, tak Temukan PMK

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement