Kamis 12 May 2022 16:23 WIB

Kalori dari Gorengan Dua Kali Lipat Lebih Tinggi, Bahayanya Bukan Cuma Bikin BB Naik

Dokter rekomendasikan untuk membatasi asupan gorengan dalam menu harian.

Ayam goreng (ilustrasi). Dokter ahli gizi merekomendasikan untuk membatasi konsumsi gorengan dalam menu sehari-hari.
Foto: www.pixabay.com
Ayam goreng (ilustrasi). Dokter ahli gizi merekomendasikan untuk membatasi konsumsi gorengan dalam menu sehari-hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis gizi Elfina Rachmi menyebut, dalam diet sehat, makanan yang digoreng sebetulnya tidak dilarang untuk dikonsumsi. Hanya saja, gorengan perlu dibatasi dalam menu diet sehari-hari.

"Kenapa mengonsumsi gorengan atau lemak yang tinggi tidak boleh berlebihan karena energinya atau kalorinya dua kali lipat lebih tinggi dari karbohidrat dan protein," ujar dia dalam Virtual Media Gathering bertajuk "Kategori Makanan dan Minuman Laris Manis, Tokopedia dan Ahli Gizi Bagi Tips Kembalikan Pola Makan Sehat Usai Lebaran", Kamis (12/5/2022).

Baca Juga

Terlalu banyak kalori dikaitkan dengan kenaikan berat badan dan masalah kesehatan lain seperti jantung. Mengutip Livestrong, tubuh membutuhkan kalori yang cukup untuk berfungsi, tetapi ketika asupannya melebihi kebutuhan maka tubuh menyimpan kelebihan kalori dalam bentuk lemak.

Ekstra kalori terutama disimpan dalam bentuk trigliserida, yang bila meningkat dapat membahayakan kesehatan jantung. Trigliserida yang menumpuk di arteri bisa meningkatkan risiko arteri menjadi keras, kaku dan sempit (aterosklerosis). Pengerasan dinding arteri meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau strok.

Terkait pilihan lemak, Elfina menyarankan untuk memilih sumber lemak baik, seperti minyak zaitun ataupun kacang-kacangan dan sumber buah lemak baik seperti buah alpukat. Berbicara kiat memilih jenis makanan sehat, dia merekomendasikan untuk terlebih dahulu mengetahui status gizi masing-masing, yakni melalui perhitungan indeks massa tubuh (IMT).

"Kita cukup mengetahui berat badan dalam kg dan tinggi badan dalam meter saat ini. Kita bagi berat badan dengan tinggi badan (dalam satuan kuadrat meter). Tinggal dilihat indeks massa tubuhnya," tutur dia.

Nilai IMT 23 menunjukkan tubuh masuk kategori normal. Bila lebih dari 23 maka masuk kategori berat badan berlebih atau overweight, kemudian jika di antara 25-29,9 maka sudah masuk obesitas derajat satu dan lebih dari 30 masuk kategori obesitas derajat dua.

Semakin tinggi nilai IMT maka semakin pula meningkat risiko seseorang terkena penyakit-penyakit seperti kardiovaskuler. Setelah mengetahui status gizi, saat mengetahui pemilihan jenis makanan, salah satunya tetap memasukkan karbohidrat, khususnya yang kompleks karena mengandung serat.

Sumber karbohidrat kompleks misalnya nasi merah, nasi putih ditambah agar-agar, oatmeal, sereal, dan roti gandum. Kentang dengan kulitnya juga baik untuk dikonsumsi karena kulit kentang bisa membantu menambah serat, namun pastikan untuk mencucinya dengan bersih.

Asupan karbohidrat kompleks meningkatkan asupan serat dan memperlama kerja makanan di lambung. Ini akan membuat tubuh tidak cepat lapar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement